Kekhususan Peta Konsep Ilmu Ekonomi

Kekhususan Peta Konsep Ilmu Ekonomi
Pada umumnya setiap disiplin ilmu memiliki kekhususan tertentu yang tidak dimiliki oleh disiplin ilmu yang lain. Ilmu ekonomi pun memiliki kekhususan tertentu yang perlu diketahui oleh orang-orang yang terlibat dalam proses pembelajaran ekonomi, termasuk pendidik dan penulis buku ekonomi, serta peserta didiknya. Endang Sih Prapti dan Sugiharsono (2004) menyebutkan 6 aspek kekhususan ilmu ekonomi yang perlu dimuat dalam peta konsep ilmu ekonomi. Keenam asperk tersebut adalah: 1) manusia sebagai subjek ekonomi yang bermoral; 2) ontologi, epistemologi, dan aksiologi ilmu ekonomi; 3) keabstrakan dan imajinasi; 4) perbedaan pendapat; 5) dialektika ilmu ekonomi; dan 6) adanya kesepakatan dan kebiasaan (rule of thumb).

1. Manusia sebagai Homoeconomicus  yang Bermoral
Sebagai homoeconomicus  (manusia ekonomi) ia menyadari bahwa jatidirinya merupakan ciptaan Tuhan yang dianugerahi moral. Sebagai manusia ekonomi yang bermoral, pengaruh religius dan sosial sangat dirasakan oleh homoeconomicus. Oleh karena itu, perilaku homoeconomicus selalu mempertimbangkan unsur-unsur religi dan sosial. Hal inilah yang membedakan seorang homoeconomicus dengan seorang kriminal ekonomi.

2. Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi Ilmu Ekonomi  
Ontologi ilmu ekonomi menyangkut objek apa yang dipejari oleh ilmu ekonomi. Adapun objek yang dipelajari ilmu ekonomi adalah semua kegiatan atau upaya yang dilakukan manusia untuk memenuhi kebutuhannya dalam rangka mencapai kemakmuran. Unsur-unsur utama yang terkait dengan kegiatan ekonomi manusia tersebut menyangkut:

  1. Masalah inti ekonomi: kelangkaan sumber daya dan keanekaragaman kebutuhan manusia.
  2. Masalah dasar ekonomi: for whom, what, dan how.
  3. Prinsip Ekonomi.
  4. Keseimbangan.
  5. Full Employment.
  6. Efisiensi.
  7. Optimasi.
  8. Optimalisasi.
  9. Produktivitas.
Unsur-unsur tersebut pada dasarnya merupakan inti pokok dalam ilmu ekonomi.

Epistemologi ilmu ekonomi menyangkut bagaimana ilmu ekonomi mempelajari objek yang menjadi kajiannya. Epistemologi ekonomi terdiri dari dua hal, yaitu: 1) bagaimana ilmu ekonomi menjelaskan hubungan antara homoeconomicus dengan Tuhan Penciptanya; dan 2) bagaimana ilmu ekonomi menjelaskan hubungan antarsesama homoeconomicus. Dalam hal yang pertama, homoeconomicus mengakui bahwa yang mutlak hanyalah milik Tuhan Pencipta. Sementara itu dalam hal yang kedua, homoeconomicus menyadari bahwa pendapat/pemikiran seorang homoeconomicus hanyalah sekedar fiksi saja, yang antarhomoeconomicus sangat mungkin terjadi perbedaan. Untuk itulah diperlukan suatu legalisasi pendapat/pemikiran seorang homoeconomicus. Adapun pilar untuk melegalisasi seuah fiksi tersebut meliputi tiga aspek, yaitu: 1) aspek moral; 2) logika, dan 3) pertanggung-jawaban. Hal ini berarti bahwa suatu fiksi (pendapat) dapat dilegalisasi asal fiksi tersebut bermoral, logis, dan dapat dipertanggungjawabkan.

Aksiologi ilmu ekonomi, menyangkut tujuan yang ingin dicapai oleh ilmu ekonomi itu sendiri. Adapun tujuan tersebut adalah terpenuhinya kebutuhan manusia sehingga tercapai kemakmuran, baik secara individu maupun kelompok.

3. Keabstrakan dan Imajinasi
Tidak semua elemen pengetahuan dalam ilmu ekonomi merupakan elemen yang nyata (konkrit). Sebagian elemen pengetahuan ekonomi bersifat abstrak, bahkan ada yang tingkat keabstrakannya cukup tinggi, misalnya pengetahuan tentang kepuasan (utilitas). Oleh karena itu diperlukan imajinasi yang kuat untuk mempelajari pengetahuan dalam ilmu ekonomi.   

4. Perbedaan Pendapat
Dalam analisis ekonomi sangat dimungkinkan terjadinya perbedaan pendapat antar individu/kelompok. Dari perbedaan pendapat inilah, menurut John stuart Mill justru akan terjadi perkembangan ilmu ekonomi. Namun demikiantetap diperlukan adanya cara-cara untuk menyatukan perbedaan pendapat tersebut. Cara-cara ini menyangkut commonsense, norma-norma, waktu, dan siklus ekonomi.

5. Dialektika
Perbedaan pendapat juga didasarkan pada dialektika ilmu ekonomi yang merupakan proses pembentukan pendapat tersebut. Ilmu ekonomi me-
ngenal proses dialektika idealisme Hegel, dimana urutan pembentukan pendapat diformulasikan sebagai berikut.

Tesa – Antitesa – Sintesa – Tesa – dan seterusnya.

6. Kesepakatan dan Kebiasaan (rule of thumb)
Dalam meberikan pendapat tentang fenomena ekonomi, seringkali diperlukan kesepakatan atau keiasaan yang dijadikan dasar argumentasi. Cara ini bisa dilakukan ketika hasil analisis terhadap fenomena ekonomi tidak dapat dilakukan secara tepat. Misalnya analisis satu fenomena belum selesai, tetapi pendapat sudah didesak untuk dikeluarkan, karena kepentingan masyarakat. Dalam hal ini pendapat berdasarkan kesepakatan atau kebiasaan tetap harus memenuhi tiga pilar legalitas (bermoral, logis, dan dapat diper-tanggungjawabkan.
 

Contoh Contoh Proposal Copyright © 2011-2012 | Powered by Erikson