Pengertian Pengembangan Koleksi Perpustakaan

Pengertian Pengembangan Koleksi Perpustakaan 
Koleksi perpustakaan merupakan salah satu faktor utama yang menentukan kriteria dan jenis sebuah perpustakaan. Oleh sebab itu, dari sumber informasi perpustakaan akan dimulai kebijakan pembentukannya. Secara khusus pembinaan koleksi dikaitkan dengan masing-masing jenis perpustakaan. Perpustakaan umu, koleksinya bersifat umum, artinya mencakup semua ilmu pengetahuan yang sesuai dengan kebutuhan selurtuh lapisan masyarakat. Koleksi perpustakaan perguruan tinggi adalah mengenai program atau materi mata kuliah disiplin ilmu, dan materi pendukung bagijurusan, program studi, fakultas, universitas yang ada. Untuk perpustakaan sekolah, koleksi yang disediakan adalah berhubungan dengan mata pelajaran. Begitu juga untuk perpustakaan jenis lain. Artinya bahwa koleksi perpustakaan selalu dikaitkan dengan tugas dan fungsi yang harus dilakukun dalam rangka mencapai misi dan mewujudkan visi perpustakaan yang bersangkutan. 

Koleksi bahan pustaka yang disediakan seharusnya dibaca dan dimanfaatkan oleh masyarakat yang memang diharapkan pemakainya. Agar maksud itu dapat diwujudkan maka perpustakaan harus menyediakan berbagai jenis layanan serta memberikan kemudahan, baik akses informasi, tenaga, waktu, petunjuk, maupun sarana lainnya. Pendayagunaan koleksi sangat diperlukan karena kegiatan ini merupakan upaya perpustakaan dalam merumuskan berbagai ketentuan/kebijakan. Kebijakan yang akan diterapkan pada layanan. Pembinaan koleksi perpustakaan adalah kegiatan yang dilakukan sejak koleksi pertama atau dasar terbentuk. Pembinaan koleksi perpustakaan mencakup : 

1. Perumusan kebijakan agar koleksi perpustakaan sesuai dengan keperluan masyarakat pemakai, jumlah bahan pustaka selalu mencukupi. Mutu koleksi perpustakaan dibentuk oleh kegiatan pembinaan koleksi ini. 

2. Penjabaran kebijakan ini : a. Menyusun rencana opersional pembinaan koleksi. Kegiatan ini adalah mencakup perencanaan kebutuhan koleksi, sistem dan metode pengadaan,pengolahan, penyusunan, dan pemberdayaan dan pemberian layanan serta penyediaan anggaran yang diperlukan. 

b. Menghimpun. Alat seleksi bahan pustaka kegiatan ini adalah mengumpulkan semua sumber informasi literature yang akan dipakai dalam proses penyeleksian dan penentuan bahan pustaka yang sekarang diadakan. Sumber-sumber informasi ini misalnya katalog penerbit, bibliografi, buletin, abstrak dan indeks, brosur terbitan terbaru, dan daftar terbitan tambahan. Sumber informasi tersebut akan lebih lengkap apabila isi buku, harga, penerbit dan toko buku yang menyediakannya. 

c.Survei minat pemakai. Kegiatan ini pada dasarnya adalah membuat instrument, mengumpulkan, mengolah dan menganalisis data serta membuat laporan hasil survey untuk mengetahui bidang atau sebjek yang diminati pemakai yang dapat dilakukan penelitian dan wawancara yang dilakukan olh pustakawan dengan para pemakai potensial yang rajin ke perpustakaan. 

Tujuan Pengembangan Koleksi 
Dalam buku pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi (1994 : 30 ) menyatakan ”Tujuan pengembangan koleksi perpustakaan perlu dirumuskan dan sesuaikan dengan kondisi serta kenyataan yang ada di perguruan tinggi agar perpustakaan dapat secara berencana mengembangkan koleksinya. ”Sulistyo-Basuki (1992 : 14 ) menyatakan untuk menilai apakah bahan pustaka berkualitas atau tidak dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut : 
a) Membandingkan koleksi perpustakaan sesuai standar yang ditebitkan. 
b) Membandingkan koleksi perpustakaan dengan koleksi perpustakaan sejenis terutama dengan perpustakaan sejenis yang besar. 
c) Melakukan kajian berapa banyak koleksi yang digunakan. 
d) Minat bantuan pakar untuk menila koleksi yang ada sesuai dengan bidang spesialis masing-masing. 

Perguruan tinggi ialah untuk menunjang pelaksanaan program perguruan tinggi sesuai dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengabdian pada masyarakat. 

1. Dharma pertama yaitu pendidikan dan pengajaran dilaksanakan dengan cara mengumpulkan, mengolah, menyimpan, menyajikan, dan menyebarluaskan informasi bagi mahasiswa dan dosen sesuai dengan kurikulum yang berlaku. 

2. Dharma yang kedua yaitu penelitian, dilakukan melalui kegiatan mengumpulkan, mengolah, menyimpan, menyajikan, dan menyebarluaskan informasi bagi peneliti.

3. Dharma yang ketiga yaitu pengabdian kepada masyarakat, diselenggarakan melaui kegiatan mengumpulkan, mengolah, menyimpan, menyajikan informasi bagi masyarakat. 


Dari kedua pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa tujuan dari perpustakaan perguruan tinggi adalah untuk memenuhi kebutuhan pengguna perpustakaan di lingkungan lembaga tinggi, yang bukan hanya untuk mahasiswa saja, tetapi juga untuk dosen dan para staf yang berada di lembaga tinggi tersebut. Serta memberikan jasa informasi untuk mendukung, mempelancar dan mempertinggi kualitas program kegiatan perguruan tinggi tempatnya bernaung. 


Pemilihan Bahan Pustaka 
Proses pemilihan bahan pustaka merupakan kegiatan yang harus dibatasi oleh tujuan dan sarana yang ingin dicapai perpustakaan. Dimana kegiatan pemilihan bahan pustaka merupakan proses mengevaluasi bahan pustaka yang akan dipilih sesuai dengan kebijakan perpustakaan. Kemampuan pengguna yang dilayani, dana, tenaga, dan pengolah yang tersedia di perpustakaan. 

Dalam buku Pedoman Pembinaan Koleksi perpustakaan dan pengetahuan Literature dinyatakan bahwa adapun cara pemilihan bahan pustska adalah : 
1. Pemilihan dilakukan berdasarkan sarana pengguna perpustakaan 
2. Pemilihan buku dapat dilakukan dengan menggunakan alat-alat bantu pemilihan buku 
3. Pemilihan buku dapat dilakukan dengan cara mengevaluasi buku secara langsung. 
4. Berdasarkan hasil pembicaraan atau diskusi tentang buku yang dikelompokkan dari kelompok diskusi atau media komunikasi. 


Alat Bantu Pemilihan 
Untuk melakukan pemilihan bahan pustaka di perlukan alat bantu seleksi. Menurut Sulistyo-Basuki (1991 : 432) karena seleksi bahan pustaka merupakan kegiatan penting yang perlu dilakukan dan berhubungan dengan mutu perpustakaaan yang bersangkutan, alat bantu seleksi antara lain : 
1. Silabus mata kuliah 
2. Katalog penerbit/berita buku 
3. Bibliografi 
4. Daftar perolehan buku 
5. Tinjauan dari resensi buku 
6. Iklan dan selebaran terbitan baru 
7. Book inprint
8. Pangkalan data 
9. Situs Web 

Setiap perpustakaan memiliki struktur organisasi tersendiri, sehingga dalam menentukan seleksi bahan pustaka atau struktur organisasi. Secara garis besar alat bantu seleksi bahan pustaka terdiri atas dua bagian : 

1. Alat Bantu Seleksi 
Yaitu alat yang dapat membantu pustakawan untuk memutuskan apakah bahan pustaka diseleksi. Karena informasi yang diberikan dalam alat bantu tersebut tidak terbatas pada data bibliografis, tetapi juga mencakup keterangan lain diperlukan untuk mengambil keputusan. Informasi ini bisa diberikan dalam bentuk notasi singkat saja, bisa berupa tinjauan (review) dengan panjang dan bervariasi. 

Contoh alat bantu seleksi yaitu : 
a. Majalah, tinjauan buku/bahan pustaka lain 
b. Daftar judul untuk jenis perpustakaan tertentu ( core, list, subjek tertentu atau kelompok tertentu). 
c. Indeks, misalnya book review indeks dan sebagainya 

2. Alat indeks dan verifikasi 
Yaitu alat bantu seleksi yang hanya mencantumkan data bibliografi bahan pustaka (kadang-kadang dengan harga) alat seperti ini di pakai untuk mengetahui judul yang telah diterbitkan atau yang akan di terbitkan dalam bidang subjek tertentu alat bantu ini dapat dipakai untuk mengetahui verifikasi apakah judul atas nama pengarang, beberapa harganya, tebitan berseri atau bahan pandang dengar, masih ada dipasaran dan verifikasi atau tidak. 


Prinsip Pemilihan Bahan Pustaka 
Dalam pemilihan bahan pustaka harus memiliki beberapa prinsip, dan mampu memenuhi kebutuhan pengguna secara efisien dan optimal. Menurut Soeatimah (1992:76) ada empat prinsip dalam pemilihan bahan pustaka yang harus di pilih secara cermat dan disesuaikan dengan : 
a. Minat dan kebutuhan masyrakat pemakai. 
b. Tujuan fungsi dan ruang lingkup layanan perpustakaan. 
c. Kemajuan pengetahuan dan kekayaan jiwa dalam arti yang positif. 
d. Pustaka yang mmenuhi kualitas dan persyaratan. 

Seleksi Bahan Pustaka 
Tahapan seleksi bahan pustaka dilakukan untuk keberhasilan kegiatan pengembangan koleksi. Seleksi bahan pustaka merupakan langkah penting untuk menciptakan mutu koleksi yang memiliki kualitas. 

Menurut Soedibyo (1998 : 301), menyatakan bahwa ”Book selection”adalah seleksi pemilihan atas buku-buku yang diambil serta diyakini akan berguna dan tempat bagi perpustakaan dimana kita bertugas.” 

Seleksi bahan pustaka dilakukan dengan pemilihan bahan pustaka yang akan dilayanin untuk pengguna dengan pemilihan bahan pustaka. Koleksi yang dilayanankan harus diseleksi apakah sesuai dengan pengguna. Ketetapan pemilihan koleksi ditentukan oleh beberapa prinsip penyeleksian bahan pustaka, antara lain : 
1) Pemilihan bahan pustaka yang tepat untuk pengguna perpustakaan 
2) Permintaan pengguna 
3) Pemilihan bahan pustaka harus benar-benar dapat mengembangkan dan memperkaya pengetahuan pengguna. 
4) Setiap bahan pustaka harus dibina berdasarkan rencana tertentu. 

Selain alat bantu yang disebut di dalam kutipan di atas. Alat bantu lain yang juga dapat dijadikan acuan dalam seleksi adalah brosur buku dari penerbitan, resensi buku dan majalah, surat kabar, dan media lain. Tim seleksi (selector) tinggal melihat alat bantu mana yang sesuai dengan kebutuhan agar mekanisme kerja maksimal. 

Menurut Siregar (1998 : 6) dalam melaksanakan seleksi bahan pustaka hendaknya memperhatikan pedoman dalam penentuan kebijakan pengembangan koleksi, antara lain : 
a) Relevansi (kesesuaian) 
Pemilihan dan pengadaan bahan pustaka terkait dengan kepuasan pengguna yang direlevansi dengan kebutuhan pengguna. 

b) Kelengkapan. 
Koleksi perpustakaan tidak hanya terdiri dari buku-buku teks saja tetapi juga menyangkut bidang ilmu lain yang berkaitan dengan bahan penelitian. 

c) Kemuktahiran. 
Perpustakaan harus selalu mengadakan pemburuan dalam koleksi, sehingga informasi yang disajikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Sebagai contoh kemuktahiran koleksi tersebut dapat dilihat dari tahun terbit. 

d) Kerjasama. 
Perlunya kerjasama yang baik dan harmonis sehingga pelaksanaan kegiatan pengembangan koleksi berjalan dengan baik. Dalam kerjasama ini melibatkan beberapa pihak yang berkompeten agar koleksi yang disajikan dapat memenuhi kebutuhan pengguna. 

e) Alat bantu seleksi. 
Untuk memudahkan mengetahui informasi koleksi secara lengkap hendaknya pemilihan koleksi menggunakan alat bantu yang tepat. 

Kebijakan pengembangan koleksi 
Koleksi yang baik hanya berasal dari pemilihan bahan perpustakaan yang baik pula. Untuk itu, diperlukan kebijakan yang memandu pengembangan koleksi. Dengan kebijakan pengembangan koleksi, yang secara resmi disahkan oleh pimpinan perguruan tinggi, perpustakaan memiliki pegangan untuk mengembangkan koleksinya. Selain itu, perpustakaan juga akan memiliki kekuatan resmi untuk menjalin hubungan dengan berbagai pihak, baik didalam maupun diluar lembaganya. Pengembangan koleksi haruslah selalu didasari asas tertentu,yang harus dipegang teguh.perpustakaan harus menjaga agar koleksinya berimbang sehingga mampu memenuhi kebutuhan dosen, mahasiswa, dan peneliti. Demikian pula kebutuhan kurikulum perlu diperhatikan. Sebab itu, asas pengembangan koleksi perlu diperhatikan dalam memili bahan perpustakaan, antara lain, kerelevanan, berorientasi kepada kebutuhan pengguna, kelengkapan, kemuktahiran, dan kerja sama. 

Berdasarkan kebijakan yang telah ditetapkan, perpustakaan memilih dan mengadakan bahan perpustakaan. Kegiatan ini melibatkan pustakawan, dosen, peneliti, mahasiswa, serta pihak lain yang berkepentingan dengan perpustakaan. Pemilihan bahan perpustakaan harus cermat sebelum sampai kepada langkah pengadaannya. Setiap judul yang diusulkan untuk dipesan harus diperiksa kebenaran data bibliografinya agar tidak menyulitkan pengadaan bahan pustaka tersebut. Pengadaan bahan perpustakaan merupakan proses yang panjang dan mahal karena melibatkan berbagai pihak,disamping harga buku yang terus meningkat.Proses yang panjang dan mahal ini biasanya tidak didasarioleh pengguna. Bahan perpustakaan yang diterima dibuatkan kedalinya yang berupa katalog, Dengan katalog, perpustakaan dapat mengenali seluruh koleksinya. Melalui katalog, pengguna dapat mengetahui koleksi perpustakaan. Di sinilah peranan penting pengkatalogan dan pengklasifikasian bahan pustaka perpustakaan. Selain mengendalikan koleksi, kedua hai itu sekaligus juga menginformasikan koleksi bahan perpustakaan. Setelah selesai diolah, bahan perpustakaan diserahkan ke bagian pelayanan. 

Kebijakan pengembangan koleksi didasari asas berikut: 
1. Kerelevanan. Koleksi hendaknya relevan dengan program pendidikan, pengajaran, penelitian, dan pengabdian pada masyarakat perguruan tinggi. Karena itu, perpustakaan perlu memperhatikan jenis dan jenjang program yang ada. Jenis program berhubungan dengan jumlah dan besar fakultas, jurusan. Program studi, lembaga, dan seterusnya. Jenjang program meliputi program diploma, sarjana (S1), pasca sarjana (S2), spesialis, dan seterusnya. Arah pengembangan pembelajaran jarak jauh (distance learning) atau pembelajaran maya (e-learning) juga akan sangat berpengaruh pada pilihan jenis media dari bahan perpustakaan yang perlu dikembangkan. 

2. Berorientasi kepada kebutuhan pengguna. Pengembangan koleksi harus ditujukan kepada pemenuhan kebutuhan pengguna. Pengguna perpustakaan perguruan tinggi adalah tenaga pengajar, tenaga peneliti, tenaga administrasi, mahasiswa, dan alumni, yang kebutuhannya akan informasi berbeda-beda. 

3. Kelengkapan. Koleksi hendaknya jangan hanya terdiri atas buku ajar yang langsung dipakai dalam perkuliahan, tetapi juga meliputi bidang ilmu yang berkaitan erat dengan program yang ada secara lengkap (lihat Kep.Mendiknas, No. 0234/U/2000, tentang Pedoman Pendirian Perguruan Tinggi). 

4. Kemutakhiran. Koleksi hendaknya mencerminkan kemutakhiran. Ini berarti bahwa perpustakan harus mengadakan dan memperbaharui bahan perpustakaan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan. 

5. Kerja sama. Koleksi hendaknya merupakan hasil kerja sama semua pihak yang berkepentingan dalam pengembangan koleksi, yaitu antara pustakawan, tenaga pengajar, dan mahasiswa. Dengan kerja sama, diharapkan pengembangan koleksi dapat berdaya guna dan berhasil guna. 

6. Rangkaian Kegiatan. Pada umumnya, pengembangan koleksi meliputi rangkaian kegiatan sebagai berikut: 
a. Menentukan kebijakan umum pengembangan koleksi berdasarkan identifikasi kebutuhan pengguna sesuai dengan asas tersebut di atas. Kebijakan ini disusun bersama oleh sebuah tim yang dibentuk dengan keputusan rektor dan anggotanya terdiri atas unsur perpustakaan, fskultas atau jurusan, dan unit lain 

b. Menentukan kewenangan, tugas, dan tanggung jawab semua unsur yang terrlibat dalam pengembangan koleksi. 

c. Mengidentifikasi kebutuhan akan informasi dari semua anggota sivitas akademika yang dilayani. Hal ini dapat dilakukan dengan cara , antara lain: 1. Mempelajari kurikulum setiap program studi 

2. Memberikan kesempatan sivitas akademika untuk memberikan usulan melalui berbagai media komunikasi 

3. Menyediakan formulir usulan pengadaan buku, baik secara tercetak maupun maya 

4. Menyigi pengguna secara berkala untuk menilai keberhasilan perpustakaan dalam melayani pengguna 

d. Memilih dan mengadakan bahan perpustakaan lewat pembelian, tukar-menukar, hadiah, dan penerbitan sendiri menurut prosedur yang tertib 

e. Merawat bahan perpustakaan 

f. Menyiangi koleksi 

g. Menevaluasi koleksi. 


Untuk melaksanakan semua kegiatan tersebut, diperlukan anggaran yang memadai, karyawan yang cakap dan berdedikasi, struktur organisasi yang mantap, dan alat bantu pemilihan bahan perpustakaan yang relevan. 


Perumusan Kebijakan pengembangan kolesi 
Menurut Yulia (1993 : 25) tujuan Pengembangan koleksi perpustakaan perlu dirumuskan dan disesuaikan dengan kebutuhan sivitas akademika di perguruan tinggi agar perpustakaan dapat secara terencana mengembangkan koleksinya.Yang perlu dipertimbangkan dalam merumuskan kebijakan pengembangan koleksi, antara lain: 
a) Program Lembaga 
b) Model pembelajaran yang dijalankan 
c) Kebutuhan pengguna 
d) Jenis koleksi 
e) Kriteria bahan perpustakaan 
f) Jumlah eksemplar 
g) Bahasa 


Kewenangan merumuskan kebijakan pengembangan koleksi dipercayakan kepada: 
a. Pustakawan 
b. Wakil sivitas akademika 
c. Wakil unit penelitian dan unit lain yang terkait. 


Yang berhak untuk mengusulkan pembelian bahan perpustakaan adalah: 
a. Pustakawan 
b. Tenaga pengajar dan peneliti 
c. Mahasiswa 
d. Pihak atau unsur unit kerja lain, bila diperlukan 



Yang berhak melakukan seleksi terhadap usulan pembelian bahan perpustakaan adalah tim seleksi. 

Yang behak menetapkan pengadaan bahan perpustakaan yang telah diseleksi adalah kepala perpustakaan 

 Kerangka kebijakan pengembangan koleksi 

a. Pendahuluan 
Dalam bagian ini dijelaskan alasan perlunya kebijakan pengembangan koleksi, siapa yang bertanggung jawab, dan untuk siapa bahan perpustakaan diadakan. 

b. Tujuan 
Dalam bagian ini diuraikan tujuan perpustakaan dan perguruan tinggi yang dilayani. Tujuan hendaknya jelas dan mudah dicapai. 

c. Kebijakan pengembagan koleksi 
Bagian ini memuat inti kebijakan pemilihan dan pengadaan bahan perpustakaan. Di bagian ini dijelaskan siapa yang berwenang, cara memilih, pertimbangan yang dipakai, dan siapa yang bertanggung jawab untuk memutuskan pengadaan. Keputusan akhir seyogyanya ditentukan oleh pimpinan perpustakaan. 

d. Kebijakan evaluasi dan penyiangan 
Bagian ini menguraikan manfaat, daya guna, dan hasil guna koleksi perpustakaan dalam memenuhi tujuan dan funsi perpustakaan serta kebutuhan masyarakat yang dilayani. 


Jenis-jenis Bahan Pustaka 
Hal-hal pokok yang harus ditetapkan berkaitan dengan koleksi adalah: 

1.Menyusun rencana operasional pengadaan bahan pustaka yang meliputi: 
  • Perumusan kebijakan tentang koleksi, mencakup pedoman, peraturan, penekanan, penyediaan anggaran. 
  • Mempelajari peta dan kondisi masyarakat pemakai. 

Presentasi bidang-bidang pengetahuan bahan pustaka yang akan diadakan. 
Seleksi, dengan berpedoman kepada atau bersumber pada katalog terbitan, brosur dan selebaran, bibliografi, daftar tambahan, permintaan pemakai, perkembangan penerbitan, perkembangan informasi, dan lain-lain. 

2.Menghimpun alat seleksi bahan pustaka 

3.Survei minat pemakai 

4.Survei bahan pustaka 

5.Membuat dan menyusun desiderata. 

Menurut Siregar, (1999:2): jenis-jenis bahan pustaka di perpustakaan dapat dikelompokkan sebagai berikut : 

1. Karya Cetak 
Karya cetak adalah hasil pemikiran manusia yang dituangkan dalam bentuk cetak, seperti: 

a. Buku 
Buku adalah bahan pustaka yang merupakan suatu kesatuan utuh dan yang paling utama terdapat dalam koleksi perpustakaan. Berdasarkan standar UNESCO tebal buku paling sedikit 49 halaman tidak termasuk kulit maupun jaket buku. Diantaranya buku fiksi, buku teks, dan buku rujukan. 

Beberapa jenis buku antara lain sebagai berikut: 
1. Buku teks (buku wajib), yang telah digariskan oleh pemerintah. 
Contoh: Berbagai buku wajib yang dikeluarkan oleh pemerintah yang digunakan di SD, SMP, SMA serta penunjang perkuliahan. 

2. Buku Penunjang; buku pengayaan yang telah mendapat rekomendasi dari pemerintah untuk digunakan di sekolah-sekolah, dan buku penunjang untuk kalangan mahasiswa tentang bidang tertentu. 

3. Buku fiksi serta buku bergambar yang dapat mempengaruhi rasa ingin tahu dan dapat mengembangkan imajinasi anak didik. 

4. Buku popular (umum), merupakan buku yang berisi ilmu pengetahuan secara umum dan popular. 

5. Buku rujukan (referens) merupakan buku yang menggambarkan isi yang tidak mendalam dan kadang-kadang hanya memuat informasi tertentu saja seperti arti kata. Buku rujukan(referens) tidak perlu dibaca secara keseluruhan sehingga cara penyusunannya berbeda dengan susunan buku. 

b. Terbitan berseri 
Bahan pustaka yang direncanakan untuk diterbitkan terus dengan jangka waktu terbit tertentu. Bahan pustaka yang termasuk terbitan berseri adalah harian (surat kabar), majalah (mingguan, bulanan dan lainnya), laporan yang terbit dalam jangka waktu tertentu, seperti laporan tahunan, tri wulanan, dan sebagainya. 

2. Karya Noncetak 
Karya noncetak adalah hasil pemikiran manusia yang dituangkan tidak dalam bentuk cetak seperti buku atau majalah, melainkan dalam bentuk lain seperti rekaman suara, rekaman video, rekaman gambar dan sebagainya. Istilah lain yang dipakai untuk bahan pustaka ini adalah bahan non buku, ataupun bahan pandang dengar. Karya noncetak terdiri dari beberapa jenis, diantaraya adalah sebagai adalah sebagai berikut : 

a. Rekaman suara 
Yaitu bahan pustaka dalam bentuk pita kaset dan piringan hitam. Sebagai contoh untuk koleksi perpustakaan adalah buku pelajaran bahasa inggris yang dikombinasikan dengan pita kaset. 

b. Gambar hidup dan rekaman video 
Gambar hidup dan rekaman suara terdiri dari film dan kaset video. Kegunaannya selain bersifat rekreasi juga dipakai untuk pendidikan. Misalnya untuk pendidikan pemakai, dalam hal ini bagaimana cara menggunakan perpustakaan. 

c. Bahan Grafika 
Ada dua tipe bahan grafika yaitu bahan pustaka yang dapat dilihat langsung (misalnya lukisan, bagan, foto, gambar, teknik dan sebagainya) dan yang harus dilihat dengan bantuan alat (misalnya slide, transparansi, dan filmstrip). 

d. Bahan kartografi 
Bahan kartografi terdiri dari peta, atlas, bola dunia, foto udara, dan sebagainya. 

3. Bentuk Mikro 
Bentuk mikro adalah suatu istilah yang digunakan untuk menunjukkan semua bahan pustaka yang menggunakan media film dan tidak dapat dibaca dengan mata biasa melainkan harus memakai alat yang dinamakan microreder. Bahan pustaka ini digolongkan tersendiri, tidak dimasukkan bahan noncetak. Hal ini disebabkan informasi yang tercakup didalmnya meliputi bahan tercetak seperti majalah, surat kabar, dan sebagainy. Ada tiga macam bentuk mikro yang sering menjadi koleksi perpustakaan yaitu: 
a. Mikrofilm, bentuk mikro dalam gulungan film. Ada beberapa ukuran film yaitu 16 mm, dan 35 mm. 
b. Mikrofis, bentuk mikro dalam lembaran film dengan ukuran 105 mm x 148 mm (standar) dan 75 mm x 125 mm. 
c. Microopaque, bentuk mikro dimana informasinya dicetak kedalam kertas yang mengkilat tidak tembus cahaya.ukuran sebesar mikrofis. 

4. Karya Dalam Bentuk Elektronik 
Dengaan adanya teknologi informasi, maka informasi dapat dituangkan ke dalam media elektronik seperti pita magnetis dan cakram atau disc. Untuk membacanya diperlukan perangkat keras seperti komputer, CD-ROM player, dan sebagainya. 

Karya dalam bentuk elektronik ini biasanya disebut dengan bahan pandang dengar (audio visual) juga merupakan koleksi perpustakaan. Bahan pandang dengan memuat informasi yang dapat ditangkap secara bersamaan oleh indra mata dan telinga. Oleh sebab itu bahan pandang dengar merupakan media pembawa pesan yang sangat kuat untuk bisa ditangkap oleh manusia. 

Contoh: video, kaset, piringan hitam, CD-ROM, VCD, slide, dan film. 


Pengadaan Bahan Pustaka 
Pengadaan atau akuisisi koleksi bahan pustaka merupakan proses awal dalam mengisi perpustakaan dengan dumber-sumber informasi bagi perpustakaan yang baru dibentuk atau didirikan, kegiatan ini meliputi pekerjaan penentuan kriteria pembentukan koleksi awal. Untuk perpustakaan yang sudah berjalan, kegiatan pengadaan untuk menambah dan melengkapi koleksi yang sudah ada. 

Untuk melakukan kegiatan pengadaan bahan pustaka maka perpustakaan dapat menetapkan metode dalam memperluas koleksi, baik dengan metode pembelian, pemesanan, hadiah, sumbangan,titipan, atau tukar-menukar. 

a. Pembelian 
Pengadaan bahan pustaka yang di peroleh melalui transaksi jual beli. Perpustakaan bisa membuat daftar pesanan bahan pustaka pada agen dan penerbit. Selain itu pustakawan juga dapat terjun langsung ke toko buku untuk melihat koleksi yang benar-benar dapat bermanfaat bagi pengguna. 

b. Hadiah 
Pengadaan bahan pustaka yang dapat menguntungkan bagi perpustakaan, karena perpustakaan tidak perlu mengeluarkan dana untuk memperoleh bahan pustaka. Sehingga perolehan bahan pustaka melalui hadiah dapat menghemat anggaran dana di suatu perpustakaan dalam penerimaan hadiah tim seleksi (selector) juga harus tanggap terhadap hadiah yang masuk menjadi koleksi perpustakaan. Hal tersebut sangat di perlukan karena mencegah hadiah yang informasinya sudah tidak muktahir untuk dijadikan koleksi perpustakaan biasanya di peroleh melalui : 
• Promosi penerbit pada perpustakaan 
• Lembaga pendidikan 
• Lembaga pemerintahan dan swasta 
• Sumbangan luar negeri 
• Hadiah perorangan 

c. Titipan. 
Koleksi yang berasal dari perorangan atau lembaga yang menitipkan koleksinya pada perpustakaan. Perolehan koleksi terjadi tanpa terencena sehingga perlu seleksi yang benar terhadap koleksi. Perpustakaan harus memperhatikan koleksi yang dititipkan, jangan sampai perpustakaan menambah biaya operasional perawatan koleksi karena kondisi yang telah usang. 

d. Tukar-menukar 
Pengadaan bahan pustaka ini dilakukan secara terencana karena biasanya pertukaran dilakukan adanya kerjasama antar perpustakaan. Pertukaran bahan pustaka dapat dilakukan apabilah perpustakaan memiliki jumlah eksemplar yamg terlalu banyak dan sejumlah koleksi yang tidak dapat diperlukan lagi tetapi dibutuhkan oleh perpustakaan lain. Proses tukar-menukar sangat jarang dilakukan bila dibandingkan dengan pengadaan bahan pustaka dengan cara pembelian, hadiah dan sumbangan. 

e. Terbitan Berseri 
Tidak semua dapat menerbitkan bahan pustaka sendiri. Jenis perpustakaan pendidikan seperti perpustakaan yang sering menerbitkan bahan pustaka sendiri. Perpustakaan tersebut mengumpulkan hasil karya mahasiswa seperti : skripsi, hasil penelitian, dan hasil karya lainnya. 


Inventarisasi. 
Inventarisasi bahan pustaka merupakan alur kerja terpenting dari kegiatan di unit pengadaan. Menurut Soeatimah (1992 : 81). ”Inventarisasi adalah kegiatan mencatat setiap eksemplar buku dan mencatat dalam buku yang bersangkutan. 


Jadi inventarisasi bahan pustaka adalah aktivitas pendapatan koleksi perpustakaan yang dibuat ke dalam buku inventarisasi. Pendapatan koleksi perpustakaan dilakukan untuk memudahkan perpustakaan mengetahui koleksi yang menjadi hak milik perpustakaan dengan jelas mengenai informasi yang ada dalam buku induk mulai dari nomor induk, judul, pengarang, tahun, bahasa, jumlah, harga dan keterangan lainnya. 


Setelah melakukan stempel kepemilikan dan inventarisasi pada bahan pustaka, maka selanjutnya mencatatnya. 

Beberapa tugas pokok petugas inventarisasi adalah : 
1. Menetapkan jenis dan jumlah buku inventarisasi yang diperlukan, sesuai dengan jenis bahan pustaka (masing-masing satu untuk judul majalah dan jenis bahan pustaka lainnya). 
2. Menentukan macam dan ukuran kolom-kolom dalam buku inventarisasi dan petunjuk untuk mengisinya. 
3. Melaksanakan pencatatan menurut cara yang telah di tetapkan. 

Setelah kegiatan pokok, petugas inventarisasi harus melakukan kegiatan-kegiatan yang menjadi kegiatan inventarisasi bahan pustaka yang diantaranya sebagai berikut : 
1. Memberikan stempel pada bahan pustaka. 
2. Setiap bahan pustaka yang telah di stempel dengan stempel perpustakaan perlu di tambah dengan stempel inventarisasi. 
3. Mendaftar bahan pustaka ke dalam buku induk. 


Inventarisasi Buku Induk untuk Buku 

Buku induk untuk buku mempunyai fungsi yaitu : 
a. Sebagai daftar inventaris koleksi perpustakaan. 
b. Mengetahui jumlah koleksi perpustakaan dengan cepat. 
c. Mengetahui jumlah koleksi yang dimiliki perpustakan pada saat / tahun tertentu. 
d. Untuk mengetahui judul-judul buku yang hilang. 
e. Mengetahui jumlah koleksi buku menurut jenis, bahasa, pembelian, hadiah, maupun berdasarkan tukar-menukar. 


Tata cara pencatatan buku induk yaitu terdiri dari: 
1. Tanggal penerimaan 
2. Pengarang 
3. Judul 
4. Asal perolehan 
5. Penerbit 
6. Tahun terbit 
7. Nomor induk 
8. Harga 
9. Keterangan lain (bahasa, jumlah, dan lain-lain) 

Inventarisasi Buku Induk untuk Majalah 
Majalah adalah terbitan yang direncanakan diterbitkan secara periodik selama kurun waktu yang cukup lama untuk subyek tertentu. Majalah biasanya diterbitkan lebih dari satu kali dalam setahun, dengan dibubuhi volume dan nomor yang berurutan untuk setiap terbitan. 

Pencatatan majalah dalam buku induk berguna untuk memastikan nomor-nomor yang benar-benar datang; melihat riwayat majalah; dan untuk mengetahui nomor-nomor majalah sebelumnya yang kosong (Yulia, 1993:155). 


DAFTAR PUSTAKA
Andriani, Jusnia dalam Jurnal Perpustakaan Pertanian. Studi kualitatif Mengenai Kriteria Menyitir Dokumen: Kasus Pada Beberapa Mahasiswa Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Vol. 12, Nomor 1, 2003 

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian, Jakarta: Rineke Cipta 

Arikunto, Suharsimi. 2005. Manajemen Penelitian, Jakarta: Rineke Cipta 

Chowdhury. 1999. Introduction to modern information retrieval. London: Library Association Publishing 

Fosket, A.C. 1996. The Subject Approach to Information. London: Library Association 

Green, James. 1995. Assessing Information Needs: Tools and Techniques. London: ASLIB 

Gulo, W. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta: Gramedia 

Hardi. 2006. Analisis dan desain sistem informasi: Pendekatan terstruktur teori dan praktek aplikasi bisnis. Yogyakarta: ANDI 

Hartono, Jogiyanto. 2000. Pengenalan Komputer: Dasar Ilmu Komputer, Pemrograman, Sistem Informasi dan Intelegensi Buatan. Jogyakarta: Andi Jogyakarta. Hasugian, Jonner dalam Jurnal Pustaha. Penelusuran Informasi Ilmiah Secara Online Perlakuan Terhadap Seorang Pencari Informasi Sebagai Real User. Vol. 2: 1 Juni 2006 

Hartono, Jogiyanto. 2000. Pengenalan Komputer: Dasar Ilmu Komputer, Pemrograman, Sistem Informasi dan Intelegensi Buatan. Jogyakarta: Andi Jogyakarta 

Hasugian, Jonner dalam Jurnal Pustaha. Penelusuran Informasi Ilmiah Secara Online Perlakuan Terhadap Seorang Pencari Informasi Sebagai Real User. Vol. 2: 1 Juni 2006 

Hasugian, Jonner. 2000. Analisis Kebutuhan Fungsional dan Kelengkapan antarmuka Sistem Online Public Access Catalogue ( OPAC ): Studi Kasus Perpustakaan Universitas Sumatera Utara dan Universitas Kristen Petra 

Javerlin, Rowley. 2003. Organization Knowledge: An Introduction to Information Retrieval. Aldershot: Gower 

Mustangimah. 1998. Efektivitas Sistem Temu-Kembali Informasi dan Analisis Bibliometrik: Aplikasi Pada Dokumen Bidang Nuklir Berbahasa Indonesia. Jakarta: Universitas Indonesia 

Nasution, S. 2003. Metode Research. Cetakan Keenam. Jakarta: Bumi Aksara 

Natsir, Muhammad. 1999. Metode Penelitian. Jakarta: Galia Indonesia 

Nicholas. 2000. New Directions in Archival Research. London: LUCAS 

Pendit, Putu. 2009. Apa itu Basis Data 

<http://iperpin.wordpress.com/tag/relevansi> 18 februari 2009. 

Putubuku. 2009. Arsip Untuk ’Information Retrieval’ Kategori 

<http://iperpin.wordpress.com/category/information-retrieval> 18 Februari 2009 

Putubuku. 2009. Definisi Basis Data (Database) 

<http://blog.its.ac.id/dyah03tc/2007/10/05/basis-data-database> 18 Februari 2009 

Putubuku. 2009. Operasi Dasar Basis Data. 

<http://fero-romenicko.tripod.com/operasi.htm> 18 Februari 2009 

Reitz, Joan. 2004. Dictionary For Library and Information Science 

Rofiq, Ainur. 2006. Mencari Bahan Ajar dan Artikel ( Jurnal ) Ilmiah di Internet. <http://www.rofiq.web.id>. Bahan Pelatihan ICT Dosen FE Unibraw. 13 Januari 2009 Salim, Peter. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer. Jakarta: Modern English Press 

Sulistyo-Basuki. 1993. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta: Gramedia pustaka UtamTresnawan, Arief DJ. 2005. Jurnal Elektronik: Berbagi pengalaman proses berlangganan Jurnal On-Line di UPT Perpustakaan UNISBA 

http://www.ipi.or.id.materi/IPI-kiat.doc 

Akses tanggal 12 Januari 2009 

Wilson. 2002. Library Materials and Services for Teen Gilrs. Colorado: Libraries Unlimited 

Yusup. M Pawit. 1995. Pedoman Praktis Mencari Informasi. Cet 1. Bandung: Remaja Rosdakarya 
 

Contoh Contoh Proposal Copyright © 2011-2012 | Powered by Erikson