Pengertian Pakem

Pengertian Pakem 
PAKEM merupakan salah satu pilar dari program MBS (Menciptakan masyarakatyang peduli pendidikan anak) dan program ini merupakan program UNESCO dengan bekerja sama dengan Depdiknas. PAKEM adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. 

Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus menciptakansuasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Belajar harus merupakan suatu proses aktif dari siswadalam membangun pengetahuannya, bukan hanya proses pasif yang hanya menerima penjelasan dari guru tentang pengetahuan. Pendapat ini sejalan dengan pendapat Vigotsky bahwa ada keterkaitan antara bahasa dan pikiran. 

Dengan aktif berbicara (diskusi) anak lebih mengerti konsep atau materi yang dipelajari. Pendapat yang senada juga dikemukakan oleh Katz dan Chard bahwa anak perluketerlibatan fisik untuk mencegah mereka dari kelelahan dan kebosanan. Siswa yang lebih banyak duduk diam akan menghambat perkembangan motorik, akademik, dan kreativitasnya. 

Anak usia TK dan SD lebih cepat lelah jika duduk diam dibandingkan kalau sedangberlari, melompat, atau bersepeda Akan tetapi,dengan belajar yang aktif, motorikhalus dan motorik kasar mereka akan berkembang dengan baik. Melalui belajar aktifsegala potensi anak dapat berkembang secara optimal dan memberikan peluang siswa untuk aktif berbuat sesuatu sambil mempelajari berbagai pengetahuan. (Sowars, 2000: 3-10) 

Oleh karena itu, proses belajar harus melibatkan semua aspek kepribadian manusia,yaitu mulai dari aspek yang beruhubungan dengan pikiran, perasaan, bahasa tubuh,pengetahuan, sikap, dan keyakinan. Menurut Magnesen dalam Dryden bahwa dalambelajar siswa akan memperoleh 10% dari apa yang dibaca, 20% dari apa yang didengar,30% dari apa yang dilihat, 50% dari apa yang dilihat dan didengar, 70% dari apa yang dikatakan dan 90% dari apa yang dikatakan dan dilakukan. (Dryden,2000: 100) 

Unsur kedua dari PAKEM adalah kreatif. Kreatif artinya memiliki daya cipta, memiliki kemampuan untuk berkreasi. (Silberman, 1996: 9). Peran aktif siswa dalam proses pembelajaran akan menghasilkan generasi yang kreatif, artinya generasi yang mampu menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan orang lain. Kreatif juga dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa. Menurut Semiawandaya kreatif tumbuh dalam diri seseorang dan merupakan pengalaman yang paling mendalam dan unik bagi seseorang. Untuk menimbulkan daya kreatif tersebutdiperlukan suasana yang kondusif yang menggambarkan kemungkinan tumbuhnyadaya tersebut.(1999 : 66). 

Suasana kondusif yang dimaksud dalam PAKEM adalah suasana belajar yang memberi kesempatan kepada siswa untuk terlibat secara aktifdan memberi kesempatan pada siswa untuk dapat mengemukakan gagasan dan ide tanpa takut disalahkan oleh guru. Adapun pembelajaran yang efektif terwujud karena pembelajaran yang dilaksanakan dapat menumbuhkan daya kreatif bagi siswa sehingga dapat membekali siswa dengan berbagai kemampuan. Setelah proses pembelajaran berlangsung, kemampuan yang diperoleh siswa tidak hanya berupa pengetahuan yang bersifat verbalisme namun diharapkan berupa kemampuan yang lebih bermakna. Artinya siswan dapat mengembangkan berbagai potensi yang ada dalam diri siswa sehingga menghasilkan kemampuan yang beragam. 

Belajar yang efektif dapat dicapai dengan tindakan nyata (learning by doing) dan untuksiswa kelas rendah SD dapat dikemas dengan bermain. Bermain dan bereksplorasidapat membantu perkembangan otak, berbahasa, bernalar, dan bersosialisasi. Menyenangkan adalah suasana pembelajaran yang menyenangkan sehinggasiswa memusatkan perhatiannya secara penuh pada belajar sehingga waktu curah perhatiannya tinggi. Menurut hasil penelitian, tingginya perhatian siswa terbuktidapat meningkatkan hasil belajar. Keadaan aktif dan menyenangkan tidaklah cukup jika proses pembelajaran tidak efektif yang tidak menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa secara proses pembelajaran berlangsung, sebab siswa memiliki sejumlah tujuan pembelajaran yang harus dicapai,. Jika pembelajaran hanya aktif dan menyenangkan tetapi tidak efektif, maka pembelajaran tersebut tidak ubahnya seperti bermain biasa. Kelas yang sunyi, anak sebagai pendengar pasif, tidak adaaktivitas konkrit membosankan dan belajar tidak efektif tidak kritis, tidak kreatif,komunikasi buruk, apatis. 

Kondisi yang menyenangkan, aman, dan nyaman akan mengaktifkan bagian neocortex (otak berpikir) dan mengoptimalkan proses belajar dan meningkatkankepercayaan diri anak. Suasana kelas yang kaku, penuh beban, guru galak akanmenurunkan fungsi otak menuju batang otak dan anak tidak bisa berpikir efektif,reaktif atau agresif.(Pancamegawani, 2006) 

Berdasarkan uraian di atas dapat dideskripsikan bahwa dalam pembelajaranAktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan siswa terlibat dalam berbagai kegiatanpembelajaran yang dapat mengembangkan pemahaman dan kemampuan merekamelalui berbuat atau melakukan. Kemudian dalam PAKEM guru menggunakanberbagai alat bantu atau media dan berbagai metode. Dengan kata lain dapatdikatakan bahwa dalam PAKEM guru menggunakan multi media dan multi metode, sehingga kegiatan pembelajaran yang tecipta dapat membangkitkan semangatsiswa dan dapat mengembangkan berbagai potensi yang ada dalam diri siswa. Yangtidak kalah pentingnya adalah PAKEM menggunakan lingkungan sebagai sumberbelajar untuk menjadikan siswan menarik, menyenangkan, dan cocok bagi siswa.Untuk penataan kelas dalam PAKEM guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar yang lebih menarik dan menyediakan pojok baca. 

Dengan demikian siswa dapat memanfaatkan sumber belajar yang ada dalam kelas sehinggakemampuan anak dapat bekembang lebih optimal.Dalam strategi pembelajaran guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatifdan interaktif termasuk cara belajar kelompok. 

Guru mendorong siswa untukmenemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya dan melibatkan siswa dalam menciptakan lingkungan sekolahnya. Landasan yuridis PAKEM adalah Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yangcukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, danperkembangan fisik serta psikologis peserta didik (PP 19/2005: Standar Nasional Pendidikan, ps 19, ayat 1) 

Landasan PAKEM
a. Landasan Yuridis
Landasan yuridis PAKEM adalah Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yangcukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik (PP 19/2005: Standar Nasional Pendidikan, ps 19, ayat 1)

b. Asumsi Dasar tentang Belajar
Asumsi dasar belajar adalah belajar merupakan proses individual, belajar merupakan proses social, belajar adalah proses yang menyenangkan, belajar adalah aktivitas yang tidak pernah berhenti, belajar adalah membangun makna (Constructivism) Perubahan Paradigma Mengajar – Pembelajaran (Teaching-Learning) Penilaian Perbaikan terus menerus (Testing Continuous improvement) Perkembangan IPTEK, POLITIK, SOSBUD semakin lama semakin cepat; TeknologiInformasi/sumber belajar sangat beragam; Bekal memenuhi kebutuhan manusiamodern–mandiri, bekerjasama, berpikir kritis, memecahkan masalah; Persainganinternasional (Globalisasi) Belajar lebih efektif/pendalaman; Anak lebih kritis; Anak menjadi lebih kreatif; Suasana dan pengalaman belajar bervariasi; Meningkatkankematangan emosional/sosial; Produktivitas siswa tinggi; Siap menghadapi perubahan dan berpartisipasi dalam proses perubahan; 

c. Cara Anak Belajar 
Piaget (1950) menyatakan bahwa setiap anak memiliki cara tersendiri dalam menginterpretasikan dan beradaptasi dengan lingkungannya (teori perkembangan kognitif). Menurutnya, setiap anak memiliki struktur kognitif yang disebut schemata yaitu sistem konsep yang ada dalam pikiran sebagai hasil pemahamanterhadap objek yang ada dalam lingkungannya. Pemahaman tentang objek tersebut berlangsung melalui proses asimilasi (menghubungkan objek dengan konsep yang sudah ada dalam pikiran) dan akomodasi (proses memanfaatkan konsep-konsep dalam pikiran untuk menafsirkan objek). Kedua proses tersebut jika berlangsung terus menerus akan membuat pengetahuan lama dan pengetahuan baru menjadi seimbang. Dengan cara seperti itu secara bertahap anak dapat membangun pengetahuan melalui interaksi dengan lingkungannya. 

Berdasarkan hal tersebut, maka perilaku belajar anak sangat dipengaruhi oleh aspek-aspek dari dalam dirinya dan lingkungannya. Kedua hal tersebut tidak mungkin dipisa kankarena memang proses belajar terjadi dalam konteks interaksi diri anak dengan lingkungannya. 

Anak usia sekolah dasar berada pada tahapan operasi konkret. Pada rentang usia tersebut anak mulai menunjukkan perilaku belajar sebagai berikut: (1) Mulai memandang dunia secara objektif, bergeser dari satu aspek situasi ke aspeklain secara reflektif dan memandang unsur-unsur secara serentak, (2) Mulai berpikir secara operasional, (3) Mempergunakan cara berpikir operasional untuk mengklasifikasikan benda-benda, (4) Membentuk dan mempergunakan keterhubungan aturan-aturan, prinsip ilmiah sederhana, dan mempergunakan hubungan sebab akibat, dan (5) Memahami konsep substansi, volume zat cair,panjang, lebar, luas, dan berat. Memperhatikan tahapan perkembangan berpikir tersebut, kecenderungan belajar anak usia sekolah dasar memiliki tiga ciri, yaitu: 

i. Konkrit Konkrit mengandung makna proses belajar beranjak dari hal-hal yang konkrit yakni yang dapat dilihat, didengar, dibaui, diraba, dan diotak atik, dengan titik penekanan pada pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar. Pemanfaatan lingkunan akan menghasilkan proses dan hasil belajar yang lebih bermakna dan bernilai, sebab siswa dihadapkan dengan peristiwa dan keadaan yang sebenarnya, keadaan yang alami, sehingga lebih nyata, lebih faktual, lebih bermakna, dan kebenarannya lebih dapat dipertanggungjawabkan. 

ii. Integratif Pada tahap usia sekolah dasar anak memandang sesuatu yang dipelajari sebagai suatu keutuhan, mereka belum mampu memilah-milah konsep dariberbagai disiplin ilmu, hal ini melukiskan cara berpikir anak yang deduktif yakni dari hal umum ke bagian demi bagian. 

iii. Hierarkis Pada tahapan usia sekolah dasar, cara anak belajar berkembang secarabertahap mulai dari hal-hal yang sederhana ke hal-hal yang lebih kompleks. Sehubungan dengan hal tersebut, maka perlu diperhatikan mengenai urutanlogis, keterkaitan antar materi, dan cakupan keluasan serta kedalaman materi. 

d. Pembelajaran yang Efektif 
Kegiatan belajaran yang efektif adalah kegiatan pembelajaran yang menunjang kompetensi siswa. Kegiatan belajara yang efektif adalah kegiata belajar yang memahami makna belajar yang sesusngguhnya, pembelajaran yang berpusat, pembelajaran yang mengalami, mengembangkan keterampilan sosial, kognitif, mengembangkan keingintahuan, imajinasi, dan fitrah bertuhan, pembelajaran yang merupakan perpaduan kemandirian dan kerja sama, belajar sepanjang hayat. 

Makna belajar merupakan proses membangun pemahaman/pemaknaan terhadap informasi dan atau pengalaman siswa. Siswa sebagai subjek belajar. Kegiatan pembelajaran harus memperhatikan bakat, minat, kemampuan, cara dan strategi belajar, motivasi belajar, dan latar belakang sosial siswa.Belajar mengalami artinya siswa terlibat langsungdalam pembelajaran. Hal ini dapat dikembangkan melalui pengalaman inderawi: melihat,mendengar, meraba/menjamah, mencicipi, mencium, Pengalaman simulasi , Audiovisual, Mendengarkan informasi. Mengembangkan Keterampilan Sosial, Kognitif, dan Emosional dapat dilakukan dengan mengkomunikasikan gagasan, hasil kreasi, hasil temuan, berinteraksi dengan lingkungan belajar kelompok, saling mempertajam, memperdalam, memantapkan, menyempurnakan gagasan.Keterampilan social dapat dilakukan dengan bersosialisasi dengan menghargai perbedaan pendapat, sikap, kemampuan, prestasi Bekerja sama dan mengembangkan empati. Mengembangkan Keingintahuan, Imajinasi, dan Fitrah Ber-Tuhan, yaitu dengan mengembangkan Rasa ingin tahu, peka, kritis, mandiri, dan kreatif Fitrah bertuhan,bertaqwa kepada tuhan Yang Maha Esa Perpaduan Kemandirian dan Kerja Sama, berkompetisi , kerja mandiri, kerja sama, dan solidaritas. Adapun Belajar Sepanjang HayatUntuk bertahan (survive) & berhasil (success) 

Mengenali diri Keterampilan belajar: percaya diri, keingintahuan, memahami orang lain,kemampuan berkomunikasi, dan bekerja sama Pengalaman Belajar yang Beragam,Pengalaman Mental, Pengalaman Fisik, dan Pengalaman Sosial. Pengalaman Mentaldapat diperoleh Melalui membaca buku, mendengarkan ceramah, markan berita radio,televisi, melakukan perenungan, menonton film Pengalaman Fisik dapat diperoleh melalui pengamatan, percobaan, penelitian, kunjungan, karya wisata, dan pembuatan buku harian. 

Pengalaman sosial melalui berwawancaradengan tokoh, bermain peran, berdiskusi, bekerja bakti, melakukan bazaar, melakukanpameran, mengamati, bertanya, mempertanyakan, menjelaskan, berkomentar, mengajukan hipotesis mengumpulkan data. Dengan situasi: nyata, buatan, audio-visual (misal: sajian film), visualisasi verbal: ilustrasi (cerita grafik,table) audio-verbal. 

Contoh-contoh Pengalaman Belajar
1) menggubah syair dan bernyanyi 
2) melakukan permainan 
3) diskusi (bertanya, menjawab, berkomentar, mendengar penjelasan, menyanggah) 
4) menggambar dan mengarang 
5) menulis prosa, puisi, pantun 
6) membaca 
7) menyimak 
8) mengisi teka-teki 
9) mengajukan pertanyaan penelitian 
10)mengajukan pendapat dengan alasan yang logis 
11)mengomentari 
12) bercerita 
13)mendengarkan cerita 
14)mengamati persamaan dan perbedaan untuk mencari ciri benda 
15)mendengarkan penjelasan sambil membuat catatan penting 
16)membuat rangkuman/sinopsis 
17)mendemonstrasikan hasil temuan 
18)mencari pemecahan soal-soal (matematika) 
19)membuat soal cerita 
20)mengukur panjang, berat, suhu 
21)merencanakan dan melakukan percobaan, penelitian 
22)membuat buku harian 
23)membuat kamus 
24)melakukan simulasi (dengan komputer) 
25)mengelompokkan, mengidentifikasi ciri benda 
26)mengumpulkan dan mengoleksi benda dengan karakteristiknya 
27)membuat komik 
28)membuat prediksi dan berekspolarsi 
29)membuat grafik 
30)membuat diagram 
31)membuat carta 
32)membuat jurnal 
33)menyiapkan dan melaksanakan pameran 
34)menggunakan alat (ukur, potong, tulis) 
35) praktik ibadah 
36) berceramah 
37)membuat poster 
38)membuat model (misal: kotak, silinder, kubus, segitiga, lingkaran) 
39)menata pajangan 
40)menata buku perpustakaan 
41)membuat daftar pertanyaan untuk wawancara 
42)melakukan wawancara 
43)membuat denah 
44)membuat catatan hasil penjelasan/hasil pengamatan 
45)membaca kamus 
46)mencari informasi dari ensiklopedi 
47)melakukan musyawarah 
48)mengunjungi dan menemukan alamat situs website 
49) berorganisasi 
50)mendiskusikan wacana dari media cetak/media elektronik 
51)membuat cergam 
52)membuat resensi buku 
53)mengkritisi suatu artikel 
54)mengkaji pola tulisan suatu artikel 
55)menulis artikel ilmiah populer 
56)membuat ensiklopedi 

(tambahkan kegiatan lain yang mengerahkan keterampilan berpikir danmengaplikasikan pengetuan yang sudah dimiliki siswa) Pengelolaan KBM 
1) Pengelolaan Tempat Belajar 
2) Pengelolaan Siswa 
3) Pengelolaan Kegiatan Pembelajaran 
4) Pengelolaan Isi Pembelajaran 
5) Pengelolaan Sumber Belajar 

Pengelolaan Tempat Belajar 
1) Bergantung strategi yang akan digunakan dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai 
2) Memperhatikan intensitas interaksi antarsiswa 
3) Yang dikelola: pajangan (hasil kerja siswa, gambar peta, diagram, model, benda asli, kumpulan puisi, karangan), meja kursi, perabot sekolah, sumber belajar 

Pengelolaan Siswa 
1) Siswa dikelola secara individual, berpasangan, berkelompok, seluruh kelas 
2) Hal yang perlu menjadi pertimbangan 
3) jenis kegiatan 
4) tujuan kegiatan 
5) keterlibatan siswa 
6) waktu belajar 
7) ketersediaan sarana/prasarana 
8) karakteristik siswa

1) Pengelolaan Kegiatan Pembelajaran 
Pertanyaan yang mendorong siswa berpikir dan berproduksi mengharap jawaban benarTujuan Bertanya adalah menharapkan jawaban yang benar dan meransang siswa berpikir danberbuat dengan mengajukan pertanyaan yang bersifat produktif, terbuka, dan imajinatif.

2) Penyediaan umpan balik yang bermakna 
Umpan balik bukanlah pernyataan yang memotivasi siswa Penilaian yg mendorongsiswa melakukan unjuk kerja Penilaian dilakukan secara alami dalam konteks pembelajaran. 

Modus/medium untuk menilai tidak cukup satu jenis

3) Pengelolaan Isi Pembelajaran 
a) Menyiapkan Silabus Pembelajaran b) Kemungkinan pembelajaran tematik 

4) Pengelolaan Sumber Belajar 
a) Pemanfaatan sumber daya sekolah 
b) Pemanfaatan sumber daya lingkungan 

5) Strategi Pembelajaan 
a) Siswa belajar secara aktif 
b) Siswa membangun peta konsep 
c) Siswa menggali informasi dr berbagai media 
d) Siswa membandingkan dan mensintesiskan informasi 
e) Siswa mengamati secara aktif 
f) Siswa menganalisis peta sebab akibat 
g) Siswa melakukan kerja praktik 

9. Mengapa Perlu PAKEM ? 
a. Perlunya Belajar Aktif 
Melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran merupakan manifestasi dari belajar bagaimana belajar (learn how to learn). Keterlibatan mereka secara aktif dalam pembelajaran memberikan kesempatan yang luas kepada siswa untuk mengeksplorasi informasi, mengidentifikasi dan memecahkan masalah serta membangun sendiri konsep-konsep yang ingin dipelajarinya. Keseluruhan pengalaman belajar ini akan memberikan ketrampilan kepada siswa bagaimana sesungguhnya belajar yang dapat menjadi bekal untuk menjadi pembelajar seumur hidup. Pribadi yang mampu belajar terus menerus seperti inilah yang diharapkan mampu beradaptasi dengan berbagai pesatnya perkembangan jaman serta berkompetisi di era global. 

Alvin Toefler, salah seorang futurolog, menyatakan bahwa orang buta huruf pada saat ini bukanlah orang yang tidak bisa membaca melainkan orang yang tidak bisabelajar. Sebagai implikasinya, kemampuan belajar terus menerus atau menjadi manusia pembelajar seumur hidup merupakan keharusan jika kita ingin eksis di erainformasi. Hal inilah yang menjadi landasan mengapa pembelajaran yang aktif perludan penting bagi siswa. Aktivitas siswa secara berkelompok atau lebih tepatnya pembelajaran kooperatif diharapkan juga menumbuhkan siswa menjadi pribadi dan warga negara yang lebih toleran dan damai. Jika siswa terbiasa mengemukakan gagasan, toleran dan menghargai pendapat orang lain, diharapkan sikap dan perilaku tersebut dapat terus berkembang ketika mereka terjun di masyarakat kelak. Dengan demikianpembelajaran yang aktif juga ikut menyiapkan siswa menjadi warna negara yanglebih baik dan lebih demokratis

b. Perlunya Pembelajaran yang Kreatif 
Kendati saat ini banyak dibutuhkan, kreativitas dan orang-orang yang kreatif masih saja belum banyak jumlahnya. Konon hal inilah yang menyebabkan bangsa Indonesia tidak banyak menghasilkan paten atau temuan. Mandulnya bangsa Indonesia dalam menghasilkan temuantemuan baru tentu saja menjadi kendala untuk dapat bersaing dengan bangsa-bangsa yang lain didunia. Oleh karena itu penting bagi siswa untuk semenjak dini menghasilkan kreasikreasi atau belajar mengkreasi sesuatu. 

Guru PAKEM seyogyanya memberikan kesempatan yang luas kepada siswa untuk menghasilkan karya baik secara berkelompok maupun individual. Pengembangan kreativitas semenjak dini ini diharapkan juga membentuk karaktersiswa menjadi pribadi-pribadi kreatif. Kelak ketika mereka dewasa kreativitas ini diharapkan dapat menjadi terobosan dan memecahkan berbagai masalah kehidupan diantaranya adalah menciptakan pekerjaan untuk dirinya sendiri. Konon banyaknya sarjana yang menjadi antrean pencari kerja disebabkan karena semenjak kecil mereka tidak terbiasa menciptakan sesuatu. Kebiasaan belajar dengan menghapalkan dan meniru tidak banyak bermanfaat dalam kehidupan.

c. Perlunya Pembelajaran yang Efektif 
Banyak bukti yang menunjukkan bahwa pendidikandi negara kita masih jauh tertinggal dari negaranegarayang lain. Salah satu bukti rendahnyaprestasi belajar siswa Indonesia dapat dicermati dari hasil Trens in International Mathematics and Science Study (TIMSS) yang dilaksanakan oleh IEA. Institusi ini membandingkan prestasi belajar matematikadan sains siswa Amerika Serikat dan siswa-siswa di negara yang lain. Hasil rerata untuk sekolah menengah, Indonesia berada pada urutan ke 36 dari45 negara yang diteliti. 

Skor rerata siswa Indonesia adalah 420, jauh di bawah rata-rata internasional 471 (National Center for Educational Statistics, Desember 2004). 

Dengan demikian isu peningkatan kualitas pembelajaran dan efektivitas pembelajaran memang perlu ditindak lanjuti diantaranya dengan menyelenggarakan pembelajaranyang efektif. Guru harus yakin bahwa ketika pembelajaran berakhir semua siswa telah menguasai indikator kompetensi dasar yang diharapkan. Melalui penilaian berbasis kelas informasi tentang penguasaan topik pembelajaran akan segera diketahui oleh guru dan informasi ini menjadi bekal untuk merefleksi pembelajaran yang lebihefektif pada masa berikutnya.

d. Perlunya Pembelajaran yang Menyenangkan 
Riset tentang learning society atau masyarakat belajar menunjukkan bahwa perilaku belajar anggota masyarakat dipengaruhi oleh pengalaman belajar mereka ketika masih kecil. Mereka yang mengalami pembelajaran yang menyenangkan cenderung akan mengulanginya dan tumbuh menjadi pembelajar seumur hidup. Mereka yangmengalami suasana pembelajaran yang buruk dan guru-guru yang galak cenderung untuk tidak melanjutkan proses belajar. Berkaitan dengan hal ini pembelajaran perlu dikondisikan sedemikian rupa sehingga siswa belajar dengan asyik atau menyenangkan. Waktu yang diluangkan oleh siswa di bangku pelajaran juga terbilang panjang. Dalam kurun waktu tersebut diharapkan siswa tidak merasa terpenjara atau sekolah sebagai penjara yang penuh siksaansiksaan psikologis. Karena dampaknya tentu tidak baik bagi perkembangan anak. Seyogyanya siswa bisa menghabiskan waktu sekolahnya dengan senang hati, enjoy dan menikmati berbagai pengalaman belajarnya. Untuk itulah guru perlu menciptakan suasana fisik dan psikologis sedemikian rupa sehingga siswa kerasan di sekolah. Pendek kata siswa juga berhak menikmati masa-masasekolahnya dengan senang hati.

e. Belajar dan Pembelajaran Bermakna 
Belajar pada hakekatnya merupakan proses perubahan di dalam kepribadian yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, dan kepandaian. Perubahan ini bersifat menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman. 

Pembelajaran pada hakikatnya adalah suatu proses interaksi antar anak dengananak, anak dengan sumber belajar dan anakdengan pendidik. Kegiatan pembelajaran ini akanmenjadi bermakna bagi anak jika dilakukan dalamlingkungan yang nyaman dan memberikan rasa zaman bagi anak. Proses belajar bersifat individualdan kontekstual, artinya proses belajar terjadi dalamdiri individu sesuai dengan perkembangannya danlingkungannya. 

Belajar bermakna (meaningfull learning) merupakan suatu proses dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang.Kebermaknaan belajar sebagai hasil dari peristiwa mengajar ditandai oleh terjadinya hubungan antara aspek-aspek, konsep-konsep, informasi atau situasi baru dengan komponen-komponen yang relevan di dalam struktur kognitif siswa. Proses belajar tidak sekadar menghafal konsep-konsep atau fakta-fakta belaka, tetapi merupakan kegiatan menghubungkan konsep-konsep untuk menghasilkan pemahaman yang utuh, sehingga konsep yang dipelajari akan dipahami secara baik dan tidak mudah dilupakan. Dengan demikian, agar terjadi belajar bermakna maka guru harus selalu berusaha mengetahui dan menggali konsep-konsep yang telah dimiliki siswa dan membantu memadukannya secara harmonis konsep-konsep tersebut dengan pengetahuan baru yang akan diajarkan. 

Dengan kata lain, belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami langsung apa yang dipelajarinya dengan mengaktifkan lebih banyak indera daripada hanya mendengarkan orang/guru menjelaskan. Hal yang Harus Diketahui dan Diperhatikan Guru dalam Melaksanakan PAKEM. 

Dalam dinyatakan bahwa ada beberapa hal yang harus dipahami dan diperhatikan guru dalam melaksanakan PAKEM. Hal-hal tersebut adalah sebagai berikut. 

1) Memahami Sifat yang Dimiliki Anak 
Anak memiliki berbagai potensi dalam dirinya. Diantaranya rasa ingin tahudan berimajinasi. Dua hal ini adalah potensi yang harus dikembangkan ataudistimulasi melalui kegiatan belajar mengajar. 

Karena kedua hal tersebut adalah modal dasar bagi berkembangnya sikap berpikir kritis dan kreatif. Sikap berpikir kritis dan kreatif adalah kompetensi yang harus dimiliki olehsiswa. Seperti dikemukakan oleh Jhonson salah satu komponen dalam system pembelajaran yang ideal adalah berpikir kritis dan kratif. 

Artinya siswa dapatmenggunakan tingkat berpiki yang lebih tinggi secara kritis dan kreatif (2002:24). Agar mampu berpikir kritis dan kreatif sifat rasa ingin tahu dan berimajinasi yang sudah dimiliki anak perlu dikembangkan. Untuk mengembangkan kedua sifat yang dimiliki anak tersebut secara optimal perlu diciptakan suasana pembelajaran yang bermakna. 

Suasana pembelajaran bermakna ditunjukkan di antaranya dengan kebiasaan guru untuk memuji anak karena hasil karyanya atau prestasinya. Kemajuan seperti apapun yang ditunjukkan oleh siswa perlu dihargai oleh guru. Kemudian kebiasaan guru mengajukan pertanyaan yang menantang atau yang bersifat terbuka juga langkah tepat untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa. Tidak kalah pentingnya adalah guru yangmendorong anak untuk melakukan percobaan juga merupakan siswa yang subur untuk mengembangkan kemampuan yang dimaksud.

2) Mengenal Anak Secara Perorangan 
Para siswa berasal dari lingkungan keluarga yang bervariasi dan memiliki kemampuan yang berbeda. Dalam PAKEM perbedaan individual perlu diperhatikandan harus tercermin dalam kegiatan pembelajaran. Semua anak dalam kelas tidak selalu mengerjakan kegiatan yang sama, melainkan berbeda sesuaidengan kecepatan belajarnya. Anak-anak yang memiliki kemampuan lebih dapat dimanfaatkan untuk membantu temannya yang lemah (tutor sebaya). 

Dengan mengenal kemampuan anak, kita dapat membantunya bila mendapat kesulitansehingga anak tersebut bwelajar secara optimal.

3) Memanfaatkan Prilaku Anak dalam Pengorganisasian Belajar 
Sebagai makhluk sosial. Anak sejak kecil secara alami bermain berpasangan atau berkelompok dalam bermain. Prilaku ini dapat dimanfaatkan dalam pengorganiosasian belajar. Dalam melakukan tugas atau membahan sesuatu, anak dapat bekerja, berpasangan atau dalam kelompok. Berdasarkan pengalaman, anak akan menyelesaikan tugas dengan baik bila mereka duduk berkelompok. 

Duduk seperti ini memudahkan mereka untuk berinteraksi dan bertukar pikiran. Namun demikian anak perlu juga menyelesaikan tugas secara perorangan agar bakat individunya berkembang.

4) Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis, Kreatif, dan KemampuanMemecahkan Masalah Pada dasarnya hidup ini adalah memecahkan masalah. Hal tersebut memerlukan kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Kritis untuk menganaklisis masalah; dan kreatif untuk melahirkan alternatif pemecahan masalah. Kedua jenis berpikir teraebut kritis dan kreatif bersal dari rasa ingin tahu dan imajinasi yang keduannya ada pada diri anak sejak lahir. Oleh karena itu, tugas guru adalah mengembangkannya, antara lain dengan seringnya memberikan tugas atau mengajukan pertanyaan yangterbuka. Pertanyaan yang dimulai dengan kata-kata ”Apa yang terjadi jika....,lebih baik dari pada yang dimulai dengan kata-kata”Apa, berapa. Kapan” yangumumnya tertutup hanya ada satu jawaban yang benar.

5) Mengembangkan Ruang Kelas Sebagai Lingkungan Belajar yang Menarik 
Ruang kelas yang menarik merupakan hal yang sangat disarankan dalam PAKEM. Hasil pekerjaan siswa sebaiknya dipajangkan untuk memenuhi ruang kelas seperti itu. Selain itu, hasil pekerjaan yang diapajangkan diharapkan memotivasi siswa untuk bekerja lebih baik dan menimbulkan inspirasi bagi siswalain. Yang dipajangkan dapat berupa hasil kerja perorangan, berpasangan, atau kelompok. Pajangan dapat berupa gambar, peta, diagram, model, benda asli,puisi, karangan dan sebagainya. Ruang kelas yang penuh dengan pajangan hasil pekerjaan siswa, dan ditata dengan baik dapat membantu guru dalam KBM karena dapat dijadikan rujukan ketika membahas suatu masalah.

6) Memanfaatkan Lingkungan Sebagai Sumber Belajar 
Lingkungan (fisik, sosial atau budaya) merupakan sumber yang sangat kaya untuk bahan belajar anak. Lingkungan dapat berperan sebagai media belajar,tetapi juga sebagai objek kajian (sumber belajar). Penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar sering membuat anak merasa senang dalam belajar.Belajar dengan menggunakan lingkungan tidak harus selalu keluar kelas. Bahan dari lingkungan dapat dibawa ke ruang kelas untuk menghemat biaya dan waktu. Pemanfaatan lingkungan dapat mengembangkan sejumlah keterampilan seperti mengamati (dengan seluruh indra), mencatat, merumuskan pertanyaan, berhipotesis, mengklasifikasikan, membuat trulisan, dan membuat gambar atau diagram.7) Memberikan Umpan Balik yang Baik untuk Meningkatkan Kegiatan Belajar 

Mutu hasil belajar akan meningkat bila terjadi interaksi dalam belaja. 
Pemberian umpan balik dari guru kepada siswa merupakan salah satu bentuk interaksi antara guru dan siswa. Umpan balik hendaknya lebih mengungkap kekuatan dari pada kelemahan siswa. Selain itu cara memberika umpan balik pun harus secara santun.Hal ini dimaksudkan agar siswa lebih percaya dirim dalam menghadapi tugas-tugas belajar selanjutnya. Guru harus konsisten memeriksa hasil pekerjaan siswa dan memberikkan komentar dan cacatatan. Catatan guru berkaitan dengan pekerjaan siswa lebih bermakna bagi pengembangan diri siswa dari hanya sekedar angka 

8) Membedakan antara Aktif Fisik dan Aktif Mental 
Banyak guru yang sudah merasa puas bila menyaksikan para siswa kelihatansibuk bekerja dan bergerak. Apalagi jika bangku dan meja diatur berkelompok serta siswa duduk saling berhadapan. Keadaan tersebut bukanlah ciri yangsebenarnya dari PAKEM. Aktif mental lebih diinginkan daripada aktif fisik. Sering bertanya, mempertanyakan gagasan orang lain, dan mengungkapkan gagasan merupakan tandatanda aktif mental. Berkembangnya aktif mental adalah tumbuhnya perasaan tidak takut baik takut ditertawakan, takut disepelekan, atau takut dimarahi jika salah. Oleh karena itu, guru hendaknya menghilangkan penyebab rasa takut tersebut, baik yang datang dari guru itu sendiri maupun dari temannya. Berkembangnya rasa takut sangat bertentangan dengan PAKEM.

10. Bagaimana Pelaksanaan PAKEM
a. Pengantar 
Setelah peserta memahami pengertian dan gambaran tentang PAKEM pada unit 3,peserta dituntut membuktikan pemahaman itu melalui pembuatan persiapan PAKEM dan melaksanakannya baik mengajar terhadap teman (simulasi) maupun terhadap siswa (praktik mengajar). 

Hal ini perlu dilakukan agar penghayatan tentang PAKEM menjadi lebih baik. Peserta juga perlu memperoleh pengalaman terutama tentang hambatan yang dihadapi dalam melaksanakan PAKEM. Dengan demikian, sebagai calon fasilitator, mereka lebih siap untuk menyajikan PAKEM kepada peserta pelatihan selanjutnya. Contoh-contoh pembelajaran PAKEM untuk masing-masing mata pelajaran terdapat pada lampiran tersendiri. Contoh tersebut dapat digunakan dalam perencanaan pembelajaran PAKEM.

I.Tujuan Pembelajaran 
A. Standar kompetensi Setelah mempelajari materi ini diharapkan memahami tentang hakikat PAKEM, dan mampu melaksanakan pembelajaran dengan menerapkan PAKEM 

B. Kompetensi Dasar 
Mampu merancang dan melaksanakan PAKEM 

C. Tujuan 
1.Setelah mengikuti pertemuan ini peserta mampu : 
2.Membuat persiapan pembelajaran yang menerapkan PAKEM 
3.Melakukan Simulasi 
4.Melakukan evaluasi dan produk mengajar 

II. Langkah Kegiatan 
Secara diagramatik, langkah pembelajaran dalam pertemuan ini digambarkan sebagai berikut :

1. Modeling PAKEM ( 30 menit) 

Peserta dikelompokkan dalam kelompok mata pelajaran. 
Fasilitator melakukan pemodelan PAKEM d i depan kelompok tersebut. Setiap kelompok mengamati pemodelan sesuai dengan kelompoknya. Langkah-langkah: 

Memilih skenario yang sudah tersedia, menyiapkan alatalat,kemudian mempraktikkan cara mengajar yang PAKEM sesuai dengan skenario yang sudah dipilihnya. Dalammodeling, fasilitatormenjadi guru sedangkan peserta menjadi siswa/ pengamat. Modeling sebaiknya disesuaikan dengan level peserta, hal ini untukmenghindari ketidakseriusan. 

2. Diskusi Kelompok (30 menit) 
Peserta mendiskusikan hasil pengamatan mereka terhadap modeling. 

Langkah-langkah: peserta mendapatkan scenario mengajar yang dipilih oleh fasilitator pada saat modeling; Peserta mendiskusikan struktur skenario dan pelaksanaannya (langkah-langkah pembelajaran, sumber belajar, manajemen kelas, pajangan dan kompetensi ) Diskusi didampingi oleh fasilitator yang menjadimodel pada kelompok itu. 

Kerja Kelompok: 
3. Membuat Persiapan Simulasi PAKEM ( 60 menit) 
Peserta diberi contoh RP yang dapat diambil dari buku ”bestpractice”atau contoh-contoh RP yang lain. Dalam kelompok yang terdiri dari anggota kelompok 3-5 orang, peserta mendiskusikan RP yang bernuansa PAKEM tersebut. Kemudian RP disimulasikan di depan peserta lain. Selanjutnya peserta memperbaiki RP berdasarkan masukan yang ada. RP ini akan dipraktikkan di depan siswa di pertemuan berikutnya. Langkah selanjutnya, peserta menyiapan alat bantu belajar/mengajar, lembar kerja, bahan ajar, bahan bacaan (jika diperlukan). Peserta dapat menyesuaikan contoh PAKEM dengan keadaan setempat dan membuat perbaikan kalaumereka mempunyai ideyang lebih baik. 

4. Simulasi Mengajar ( 120 menit) 
Pelaksanaan simulasi dilakukan dengan cara salah satu peserta menjadi guru di depan peserta lain yang ada dalam kelompoknya. Simulasi dapat pula dilakukan dengan cara salah satu peserta dari satu kelompok melakukan simulasi di depan kelompok yang lain. Langkah-langkah: Pada jam yang sama setiap kelompok menampilkan salah satupeserta untuk melakukan simulasi. Setelah itu peserta lain jugamelakukan hal yang sama. Simulasi juga dapat dilaksanakan olehanggota dari kelompok tertentu di depan kelompok yang lain. (Simulasi tidak perlu sampai tamat: 30 – 45 menit mungkin cukup.Ingatkan peserta/pengamat agar mengamati proses simulasi terutama dari segi sejauh mana pembelajarannya sesuai dengan ciri-ciri PAKEM). Fasilitator mengamati pelaksanaan semua simulasi sesuai dengan mata pelajaran yang telah dimodelkannya. 

5. Diskusi Kelompok: Hasil Simulasi (30 menit) 

Langkah-langkah: 
Peserta yang melakukan simulasi mengungkapkan keberhasilandan hambatan yang dirasakannya selama simulasi (5 menit); Peserta lain memberikan komentar terutama dari segi sejauhmana PEMBELAJARAN dalam simulasi memenuhi karakteristik PAKEM dan alternatif mengatasi hambatan yang dirasakan oleh simulator. (Kelompok pelaku simulasi hendaknya mencatat komentar untuk bahan pertimbangan dalam menyempurnakan persiapan, lembarkerja, dan sebagainya). 

6. Perbaikan Persiapan PAKEM (120 menit) 
Langkah-langkah: 
Masing-masing kelompok memperbaiki persiapan, lembar kerja, dan bahan belajar lain yang dirancangnya dengan mempertimbangkan komentar dan masukan pada diskusi sebelumnya. Hasil perbaikan ini akan digunakan dalam praktik mengajar dengan siswa sesungguhnya. Semua peserta harus ikut membuat persiapan dan siap pula untuk mempraktikkannya. 

(Fasilitator hendaknya mengingatkan agar tiap kelompok benar-benar siap dengan persiapan, LK, dan sebagainya yang telah diperbaiki sehingga setelah kegiatan ini peserta berkonsentrasi pada pelaksanaan praktik mengajar, tidak lagi pada masalah persiapan). 7. Diskusi Kelompok: Proses Mengajar (180 menit) Kelompok mengkaji pelaksanaan praktik, sejauh mana PEMBELAJARAN memenuhi karateristik PAKEM. Diskusi terfokus pada kualitas tugas, perintah yang diberikan oleh guru; kegiatanyang dilakukan oleh siswa berkaitan dengan hasil yang diharapkandan hambatan yang dialami pada saat mengajar, serta alternative pemecahannya. Hasil diskusi dipajangkan dan menjadi bahan diskusikelompok lain. 

III. Uraian Materi 
Bagaimana Pelaksanaan PAKEM 
Gambaran pelaksanaan PAKEM diperlihatkan dengan berbagai kegiatan yang terjadi selama KBM. Berdasarkan kemampuan yang harus dimiliki guru dalam melaksanakan PAKEM yang telah diuraikan di atas, maka kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan guru harus sesuai dengan kemampuan tersebut. 

Adapun contoh-contoh kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan tersebut akan diuraikan berikut ini. Gambaran penerapan PAKEM tersebut dapat ditinjau berdasarkan beberapa komponen pembelajaran


b. Implikasi PAKEM
Dalam implementasi pembelajaran PAKEM di sekolah mempunyai berbagaiimplikasi yang mencakup: 

a. Implikasi bagi guru
Pembelajaran aktif, kretaif, efektif, dan menyenangkan memerlukan guruyang kreatif baik dalam menyiapkan kegiatan/pengalaman belajar bagi anak,juga dalam memilih kompetensi dari berbagai mata pelajaran dan mengaturnya agar pembelajaran menjadi lebih bermakna, menarik, menyenangkan dan utuh. Sebaliknya pembelajaran yang berpusat pada guru harus dihindari. Adapun ciriciri pembelajaran yang berpusat pada guru adalah menggunakan buku paket, jawaban harus sama dengan guru, guru mendiktekan apa yang harus dilakukan, guru memberi contoh, ceramah, hafalan. Dampak dari pembelajaran yangberpusat pada guru adalah siswa menjadi mahluk yang individualis, motivasi belajar siswa turun, siswa kurang dapat bekerjasama, siswa pasif, guru kurangkreatif.

b. Implikasi bagi siswa 
Siswa harus siap mengikuti kegiatan pembelajaran yang dalam pelaksanaannya dimungkinkan untuk bekerja baik secara individual, pasangan, kelompok kecilataupun klasikal. Siswa harus siap mengikuti kegiatan pembelajaran yang bervariasi secara aktif misalnya melakukan diskusi kelompok, mengadakan penelitian sederhana, danpemecahan masalah. 

c. Implikasi terhadap sarana, prasarana, sumber belajar dan media 1) PAKEM pada hakikatnya menekankan pada siswa baik secara individualmaupun kelompok untuk aktif mencari, menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip secara holistik dan otentik. Oleh karena itu, dalam pelaksanaannya memerlukan berbagai sarana dan prasarana belajar. 

2) Pembelajaran ini perlu memanfaatkan berbagai sumber belajar baik yang sifatnya didisain secara khusus untuk keperluan pelaksanaan pembelajaran (by design), maupun sumber belajar yang tersedia di lingkungan yang dapatdimanfaatkan (by utilization). 3) Pembelajaran ini juga perlu mengoptimalkan penggunaan media pembelajaranyang bervariasi sehingga akan membantu siswa dalam memahami konsep-konsep yang abstrak. 

4) Penerapan pembelajaran tematik di sekolah masih dapat menggunakan buku ajar yang sudah ada saat ini untuk masingmasing mata pelajaran dan dimungkinkan pula untuk menggunakan buku suplemen khusus yang memuat bahan ajar yang terintegrasi 

d. Implikasi terhadap Pengaturan ruangan 
Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran aktif, kreatif, efektif, danmenyenangkan perlu melakukan pengaturan ruang agar suasana belajarmenyenangkan. Pengaturan ruang tersebut meliputi: 
1) Ruang perlu ditata disesuaikan dengan tema yang sedang dilaksanakan. 
2) Susunan bangkupeserta didik dapat berubah-ubah disesuaikan dengankeperluan pembelajaran yang sedang berlangsung 
3) Peserta didik tidak selalu duduk di kursi tetapi dapat duduk di tikar/karpet 
4) Kegiatan hendaknya bervariasi dan dapat dilaksanakan baik di dalam kelasmaupun di luar kelas 
5) Dinding kelas dapat dimanfaatkan untuk memajang hasil karya peserta didikdan dimanfaatkan sebagai sumber belajar 
6) Alat, sarana dan sumber belajar hendaknya dikelola sehingga memudahkan peserta didik untuk menggunakan dan menyimpannya kembali. 

e. Implikasi terhadap Pemilihan metode 
Sesuai dengan karakteristik pembelajaran PAKEM, maka dalam pembelajaran yang dilakukan perlu disiapkan berbagai variasi kegiatan dengan menggunakan multi metode. Misalnya percobaan, bermain peran, tanyajawab, demonstrasi, bercakap-cakap. 

a. Penerapan PAKEM dalam Kegiatan Belajar Mengajar 
Guru merancang dan mengelola KBM yang mendorong siswa untuk berperan aktif dalam pembelajaran. Adapun hal baru yang berbeda dengan kebiasaan pembelajaran selama ini adalah guru melaksanakan KBM dalam kegiatan yang beragam, misalnya percobaan, diskusi kelompok menulis laporan,berkunjung keluar kelas. Dengan menerapkan PAKEM guru diharapkan menggunakan metode yang bervariasi. Penggunaan setiap metode mengarah pada keterlibatan siswa secara aktif dalam kegiatan berbahasa. b. Alat Bantu dan Sumber Belar Guru menggunakan alat bantu dan sumber belajar yang beragam. Sesuaimata pelajaran, guru menggunakan, misal alat yang tersedia atau yangdibuat sendiri, gambar, studi kasus, nara sumber, dan lingkungan. 

c. Metode Pembelajaran 
Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan keterampilan. Siswa dapat dapat melakukan percobaan, pengamatan,atau wawancara. Mengumpulkan data/jawaban dan mengolahnya sendiri,menarik kesimpulan, memecahkan masalah, mencari rumus sendiri, menulislaporan/hasil karya lain dengan kata-kata sendiri. 

d. Pengalaman Belajar 
Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasannya sendiri secara lisan atau tulisan. Melalui diskusi, lebih banyak pertanyaan terbuka, hasil karya merupakan pemikiran anak sendiri. 

e. Pemilihan Bahan Ajar 
Guru menyesuaikan bahan dan kegiatan belajar dengan kemampuan siswa. Siswa dikelompokkan sesuiai kemampuan (untuk kegiatan tertentu), bahan pelajaran disesuaikan dengan kemampuan kelompok tersebut, tugas perbaikkan atau pengayaan diberikan. 

f. Pendekatan Pembelajararan Kontekstual 
Prinsip pembelajaran yang dilaksanakan adalah pembelajaran bermakna. (meaningful learning). Salah satu ciri pembelajaran bermakna adalah pembelajaran yang kontekstual. Pembelajaran dirasakan terkait dengan kehidupan nyata dan siswa memahami manfaat dari pembelajaran yang dilaksanakannya dan siswa merasakan penting untuk belajar demikehidupannya di masa depan. (Kratf, 2000: 33). Impelementasi dalamkegiatan pebelajaran terlihat melalui guru mengaitkan KBM dengan pengalaman siswa sehari-hari. Guru dapat meminta siswa menceritakan atau memanfaatkan pengalamannya sendiri. Diharapkan siswa dapat menerapkan hal yang dipelajari dalam kegiatan sehari-hari. g. Penilaian atau Evaluasi Menilai KBM dan kemajuan belajar siswa secara terus menerus. 

Guru memantau kerja siswa dan guru memberikan umpan balik. 
Penilaian harus dilakukan secara otentik dengan menggunakan instrumen penilain yangbervariasi. (Kratf, 2000:33)

Indikator Monev PAKEM 

Guru 
a) Guru lebih banyak memberi kesempatan anak untuk bekerja (menemukan sendiri, mengungkapkan pendapat dsb.); 
b) Guru menciptakan pembelajaran yang menantang; 
c) Guru mempergunakan berbagai media, metode, dan sumber belajar,termasuk sumber belajar dan bahan dari lingkungan; 
d) Guru memberikan tugas dan bantuan yang berbeda sesuai dengan kemampuan siswa; 
e) Guru mengelola kelas secara fleksibel (individu, kelompok, pasangan) sesuai tugas yang diberikan untuk melibatkan siswa secara aktif dalampembelajaran. 

Siswa 
a) Siswa tidak takut bertanya; 
b) Ada interaksi antara siswa untuk membahas dan memecahkan masalah; 
c) Siswa aktif bekerja; 
d) Siswa dapat mengungkapkan dengan kata-kata sendiri;
e) Siswa melakukan kegiatan baca mandiri; 
f) Siswa melakukan kegiatan proyek (teknologi sederhana, menulisbiograpi tokoh). 

Kelas 
a) Ada pajangan yang merupakan hasil karya siswa; 
b) Pajangan dimanfaatkan sebagai sumber belajar; 
c) Penataan tempat duduk memudahkan interaksi guru dengan siswa,siswa dan siswa; 
d) Ada penataan sumber belajar (alat bantu belajar, poster, buku) yangdimanfaatkan siswa. 

11. Desain Pembelajaran PAKEM
a. Pengantar 
Beberapa orang memandang bahwa PAKEM sama dengan kerja kelompok. Jika dalam suatu kelas sedang berlangsung pembelajaran dan di sana siswa tetap duduk seperti orang menonton bioskop, semua menghadap ke depan, duduk berdua dengan satu bangku, maka dengan mudah dan cepat dikatakan kelas itu tidak PAKEM. Akan tetapi sebaliknya, jika di suatu kelas siswa sedang duduk berkelompok, walau mereka hanya duduk dalam kelompok, tetapi tidak semua siswa bekerja, maka dengan mudah kita mengatakan kelas itu PAKEM. 

Seharusnya menilai PAKEM tidaknya suatu pembelajaran tidak cukup hanya dengan melihat pengaturan tempat duduk siswa, tetapi harus diperhatikan pula intensitasketerlibatan siswa dalam belajar. Usaha-usaha yang menawarkan sebuah pembaharuan, termasuk penerapan PAKEM dikelas, biasanya akan menemui masalah. Beberapa masalah yang masih sering ditemukan baik dalam pelatihan maupun dalam penerapan PAKEM di kelas dapat dilihat di bawah ini. 

Beberapa isu-isu penerapan PAKEM di kelas adalah sebagai berikut:
1) Guru belum memperoleh kesempatan menyaksikan pembelajaran PAKEM yangbaik; 
2) Guru belum memiliki referensi (buku, video, dll) tentang pembelajaran PAKEM yang baik; 
3) Tugas yang diberikan guru kepada siswa masih bersifat tertutup dan banyak pengisian lembar kerja (LK) yang kurang baik; 
4) Pembelajaran belum memberikan tantangan sesuai kemampuan siswa 
5) Pembelajaran hanya mengajarkan satu indikator dengan satu aktivitas; 
6) Perbedaaan individual siswa belum diperhatikan termasuk laki-laki/perempuan, pintar/kurang pintar, sosial ekonomi tinggi/rendah; 
7) Pengelolaan siswa kurang sesuai dengan kegiatan; 
8) Guru merasa khawatir untuk melaksanakan PAKEM di kelas 6 dan 9; 
9) Pajangan cenderung menampilkan semua apa yang dikerjakan siswa denganhasil yangseragam; 

Berbagai kendala selalu ada, akan tetapi dukungan pun tak kurang banyak dalammenerapkan PAKEM. Berbagai pelatihan telah diikuti dan para guru telahmelakukannyadi kelas masing-masing. 

Sebagai upaya untuk terus meningkatkan mutu pelaksanaan PAKEM, pada modulini dibahas dan dikaji secara berurutan: 1). telaah PAKEM, 2). teknik bertanya, 3).pengorganisasian kelas, 4). pembelajaran kooperatif, dan 5). pengembangan idepembelajaran I. Tujuan pembelajaran 

Setelah mengikuti modul ini, diharapkan peserta: 
a. Mampu menidentifikasi sifat-sifat PAKEM tertentu dalam pembelajaranyang dilaksanakan 
b. Mampu mengidentifikasi jenis pertanyaan yang efektif c. Mampu mengorganisasikan kelas sesuai dengan tugas pembelajaran 
d. Mampu mengembangkan ide pembelajaran 

II. Langkah Kegiatan

III. Uraian Materi 

A. Pelaksanaan PAKEM Bagi Guru 

1. Identifikasi Kesulitan Belajar 

Pengantar 
Tugas utama seorang guru adalah membuat perencanaan, melaksanakan dan dilaksanakan. Dalam proses pelaksanaan rencana yang telah disusun,guru sering mengalami kendala dan permasalahan sehingga kompetensiyang telah ditetapkan di masing – masing mata pelajaran tidak mencapaihasil yang maksimal. 

Faktor yang berasal dari luar diri guru dan memegang pengaruh penting terhadap pencapaian kompetensi adalah peserta didik. Keberadaanpeserta didik, tingkat kecerdasan, motivasi belajar, dan lainnya berpengaruh terhadap keberhasilan sebuah pembelajaran. Tujuan Tujuan identifikasi Belajar diharapkan guru dapat :
a) Mengidentifikasi masalah yang dihadapi dalam pembelajaran padasetiap mata pelajaran 
b) Menemukan kemungkinan masalah dalam pembelajaran pada setiapmata pelajaran 
c) Menemukan solusi/pemecahan dalam pembelajaran pada setiap mata pelajaran 

2. Cara Mengatasi Kesulitan Belajar 
Kesulitan belajar seringkali diartikan sebagai gangguan yang terlihat pada kesulitan dalam menguasai dan kemampuan memahami kompetensi dasar yang diajarkan. Kesulitan belajar dapat berhubungan dengan perkembangan peserta didikseperti gangguan motorik dan persepsi, kesulitan belajar bahasa dan komunikasi, kesulitan belajar dalam penyesuaian perilaku sosial atau berhubungan dengan kemampuan akademik seperti kegagalan dalam penguasaan ketrampilan membaca,menulis, berhitung, dan kompetensi lainnya.

Sementara ini yang sering terjadi, tinjauan terhadap kesulitan belajar peserta didik lebih banyak dibebankan kepada peserta didik. Mereka dianggap kurang serius dalam belajar, kemampuan intelegensinya rendah, bimbingan orang tua kurang dan masih banyak alasan serupa lainnya. Padahal dalam pembelajaran banyak unsur yang terkait dan mempengaruhi kualitas hasil belajar. Dalam konteks korelasi antara input-process-out put bisa kita lihat multi unsur yang memberikan andilhasil belajar. Input berupa raw input (peserta didik), inviromental input (lingkungan), dan instrumental input (kurikulum). Pada proses kita dapatmelihat perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran,maupun sistem penilaian yang dikembangkan. Input dan proses tersebut akanmewarnai hasil belajar peserta didik berupa out put dan out come. Oleh karena itu, tidaklah adil apabila hasil belajar yang rendah hanya dibebankan kepada peserta didik dikarenakan pembelajaran bersifat kompleks. 

Adi Gunawan dalam Born to Be a Genius (2003) menyatakan bahwa factor dominan yang menentukan keberhasilan proses belajar adalah denganmengenal dan memahami bahwa setiap individu adalah unik dengan gayabelajar yang berbeda satu dengan lainnya. Tidak ada gaya belajar yanglebih unggul dari gaya belajar lainnya. Semua sama uniknya dan semuasama berharganya. Kesulitan yang timbul selama ini lebih disebabkan oleh gaya mengajar yang tidak sesuai dengan gaya belajar. Dan yang lebih parah lagi adalah kalau anak sendiri tidak mengenal gaya belajar mereka. 

Kenyataan lapangan yang mendukung pendapat di atas adalah guruyang cenderung menggunakan satu cara saja dalam mengajar yaitu gaya visual. Guru mengajar dengan menggunakan media papan tulis dan buku (visual). Murid belajar dengan buku dengan kegiatan mencatat, mengerjakan tugas, dan mengerjakan tes juga secara tertulis (visual). 

Banyak pakar psikologi yang berpendapat bahwa pancaindera merupakan pintu gerbang masuknya ilmu pengetahuan ke otak kita. Setiap peserta didik bersifat unik yang berbeda satu dengan lainnya, ketajaman pancaindera mereka juga berbeda. Hal ini membentuk gaya belajar yang berbeda antara peserta didik yang satu dengan lainnya. Ada lima gaya belajar yangberbeda di ataranya visual (penglihatan), auditori (pendengaran), tactile/kinestetik (perabaan/gerakan), olfactori (penciuman), dan gustatori(pengecapan). Dari kelima gaya belajar itu, ada tiga gaya belajar yang dominan dan paling sering digunakan yaitu gaya belajar visual, auditori,dan kinestetik. 

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kualitas belajar peserta didikdipengaruhi oleh unsur internal dan eksternal. Unsur eksternal berupamateri yang dipelajari, cara pembelajaran guru, media yang digunakanlingkungan belajar, dan lainnya. Sedangkan faktor internal berkaitandengan kemampuan diri seperti tingkat kecerdasan, bakat dan minat,ketajaman panca indera yang membentuk gaya belajarnya, kemampuanmengolah informasi yang diterima, berimajinasi, dan sebagainya. Secarapraktis kita dapat mempelajari kelemahan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan dengan cara melakukan analisis diri terhadap perencanaan,proses, maupun lingkungan belajar. 

Berikut disajikan contoh tabel analisis diri terhadap proses pembelajaranyang selama ini dilakukan.

12. Merencanakan Program Pembelajaran 

a. Pengantar 
Dalam praktik sehari-hari,banyak guru yang telah dilatih PAKEM memahami teori maupun contoh praktik, namun mereka sulit untuk kreatif menciptakan model-model pembelajaran lainnya yang memiliki kemungkinan sama besar atau bahkanlebih baik dari apa yang telah dilakukan selama ini. Hal ini terlihat dari proseduryang kurang sistematis dalam skenario pembelajaran, kurang bervariasinya bentukhasil belajar peserta didik, kegiatan pengelolaan peserta didik/kelas yang monoton,dsb. Karakteristik anak yang unik, suka bermain, suka bergerak, punya rasa ingin tahu, suka berimajinasi, suka bertanya, dan mencoba; hal ini membuka peluangbagi kita mengelola kegiatan belajar secara beragam tanpa meninggalkan tuntutanpencapaian kompetensi. 

Anak akan selalu menantikan dan merindukan kegiatan pembelajaran beikutnya karena setiap kegiatan yang dilakukan guru senantiasa menarik menyenangkan, menantang dan tidak membosankan. Melalui modul ini dicontohkan bagaimana menciptakan berbagai variasi model pembelajaran yang menarik, menantang, dan berfokus kepada pencapaian kompetensi. 

Tujuan 
Tujuan membuat program Pembelajaran :
1) Membuat rancangan kegiatan yang menarik 
2) Menyusun tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan, menentukan alat,sumber dan langkah-langkah pembelajaran yang bervariasi dengan kompetensiyang dikembangkan 

b. Cara Melaksanakan Program 
Pengembangan variasi pembelajaran identik dengan pengembangan kreativitas guru dalam menyusun rencana, melaksanakan, dan melakukan penilaianpembelajaran. Pada dasarnya kita terlahir dengan memiliki potensi rasa ingin tahu, kemampuan berimajinasi, dan fitrah bertuhan. 

Rasa ingin tahu dan kemampuan berimajinasi merupakan ‘modal dasar’ untuk berkembangnya kreativitas; fitrah bertuhan memungkinkan manusia beriman kepada Tuhan. Potensi rasa ingintahu dan kemampuan berimajinasi akan berkembang menjadi kreativitas apabila terus menerus berani ‘mencoba tanpa rasa takut bersalah’ sampai menemukan beberapa pola yang diyakini mampu menjadi langkah yang tepat dalam menyajikan pembelajaran. 

Sebagai gambaran sebelum melaksanakan program perlunya rancangan mencari alternatif kegiatan pembelajaran. Berikut ini salah satu contoh sebelum menyusun program pembelajaran:
 

Contoh Contoh Proposal Copyright © 2011-2012 | Powered by Erikson